April 19, 2015

,

Oleh; Ismail Adnan

Pada hari Ahad 23 November  2014, pemerintah Mesir secara resmi merevisi undang-undang lalulintas nomer 76 tahun 1973 dengan undang-undang baru nomer  142 tahun 2014. Banyak poin menarik  yangterdapat dalam undang-undang baru tersebut, di antaranya jika mengendarai kendaraan  di luar atau di dalam kota  pada jalur berlawananakan dikenai sangsi kurungan tahanan minimal satu tahun. Poin ini kenapa saya katakana menarik, karena meski  sudah hampir satu tahun diperundang-undangkan, tapi tetap saja pemandangan lalulintas sebagaimana kita ketahui. Lampu lalulintas sudah dipancangkan dimana-mana tapi masih jarang sekali dipergunakan sebagaimana mestinya. Mungkin karena masih proses atau dalam tahap percobaan sehingga bisa dimaklumi jika lampu lalulintas tidak terpakai secara maksimal, cuma kadang-kadang dan sangat jarang sekali. Penulis di sini berbicara perihal lalulintas dalam konteks Kairo. Karena pada kenyataannya di sebagian daerah, pengguna jalur lalulintas bisa dikatakan taat undang-undang/lampu lalulintas  seperti halnya daerah Ismailiyah.

Penulis tidak bermaksud untuk berbicara panjang lebar terkait semrawutnya lalulintas di Kairo, tapi penulis tertarik untuk menulis ketika kemarin pas berkunjung ke rumah teman di Tabah. Melihat kemacetan panjang di sana membuat penulis ingin tau, kenapa kemacetan bisa mengular ratusan miter. Ternyata setelah diamati penyebabnya cuma karena di belokan ada satu bus yang terjebak, sehingga mau tidak mau harus melintang  di badan jalan. Keadaan tersebut terus berlangsung  kira-kira setengah jaman dan bisa berjalan lancar hingga ada orang yang turun tangan untuk mengatur lalulintas.

Kemacetan panjang ini terjadi hanya karena titik sentral jalan terganggu, itupun cuma sebab satu kendaraan. Kejadian ini bisa kita tarik dan kita kaitkan  ke ranah organisasi lokal atau pemerintahan. Misalnya organisasi pemerintahan di negeri kita yang sejak runtuhnya rezim orde baru menggunakan sistem pemerintahan dengan asas desentralisasi. Jadi titik penting sejak berubahnya ke sistem ini tambah banyak, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah, seperti gubenur,  bupati, wali kota  dan seterusnya. Mereka sama-sama menjadi penentu kemajuan sebuah bangsa. Mereka juga sama-sama diberikan kewenangan dalam mengambil kebijakan dalam pemerintahan yang dinaunginya. Jika pemerintah pusat tidak amanah dan tidak layak menjadi pemimpin (tersumbat), maka bangsa akan hancur. Bila pemerintah daerah tersumbat alias korupsi dan menyalahgunakan wewenang,  maka hancurlah rakyat yang berada di bawah naungan pemerintahannya. Hancur yang penulis maksud disini bisa saja diartikan sengsara atau tidak sejahtera, dan bisa juga diartikan dengan semacamnya. Mengapa demikian, karena mereka sama-sama berada di titik penting meski lingkup kewenangannya berbeda, sebagaimana kemacetan tadi yang disebabkan tersumbatnya titik sentralnnya sehingga aliran lalulitas tidak bisa berjalan normal.

Pun demikian, kemacetan tadi juga bisa dikaitkan dengan urusan rumahtangga. Dimana dalam sebuah biduk rumahtangga tentunya terdapat kepala yang merupakan titik penting yang harus bisa dijadikan contoh. Jika kepala rumahtangga bermasalah maka istri dan  anak akan terkena imbasnya. Wallau a’lam.  

,

Oleh; Tapay

Jika kita ditanya, Agama apa yang pertama kali muncul di dindonesia, maka bisa dipastikan jawabannya adalah Hindu. Hal itu sudah terpatri di akal kita sejak kita SD sampai SMA oleh guru sejarah kita. Entah hal itu benar atau salah karena saya tidak akan membahas tentang kebenaran akan hal tersebut. Akan tetapi, mengapa Hindu disebut sebagai Agama yang pertama kali muncul di Indonesia ?

Jawabannya sederhana, cobalah kita buka buku-buku sejarah, maka kita akan menemukan bahwa bukti sejarah akan adanya Agama Hindu pada masa itu adalah prasasti, yaitu tulisan. Coba kita bayangkan kalau seandainya mereka tidak mengukir satu prasastipun, hanya melakukan ritual-ritual dan menyebarkan Agamanya melalui tulisan saja, mungkin Hindu bukanlah Agama yang pertama kali muncul di Indonesia melainkan agama lain.

Itulah mukjizat yang dilahirkan oleh tulisan. Dan juga dengan tulisan kita atau akal kita bisa hidup di mana jasad kita sudah mati. Kita menoleh sedikit kepada kitab matan Al-Ajurumiyyah karangan Ibnu Ajurrum yang hingga saat ini karangannya dipelajari oleh kalangan santri salaf di Indonesia. Ibnu Ajurrum sudah wafat beratus-ratus abad yang lalu, akan tetapi tulisannya masih segar dan bisa kita baca hingga saat ini. Bahkan ketika kita mempelajari kitab tersebut terasa seakan-akan kita menimba ilmu langsung kepada beliau.

Pengaruh yang dihasilkan tulisan sangatlah besar. Oleh karena itu,  menulislah sebanyak-banyaknya, entah itu berbentuk artikel, opini, cerpen, bahkan curhat sekalipun. Seperti status yang sering kita tulis di akun FB, BBM, LINE, dan media sosial lainnya. Akan tetapi usahakan tulisan yang kita tulis mempunyai isi yang bermanfaat dan bisa menarik perhatian pembaca, tidak hanya sekedar tulisan yang bisa dibaca tapi tidak ada faedah di dalamnya. Karena tidak semua tulisan bisa memasuki dan mempengaruhi pikiran pembacanya. So write...! write...! and write...!

April 18, 2015

,

Oleh; Suhardi Junaidi, Lc

Pagi itu  hawa di Giza terasa dingin, ditambah lagi anginnya yang lirih menamabah suasana sungai Nil semakin terasa makin indah, di samping sungai Nil itu terlihat seorang kakek tua berpakaian lusuh berdiri di samping gerobak yang berisi buah jeruk. Jeruk-jeruk itu tertata rapi bak Piramida nan indah, warnanya pun juga merah-merah. Semua orang yang melihatnya pasti akan tergoda dan ingin membelinya, begitu pula Farhan yang juga langsung tertarik ingin membelinya karena Farhan yakin kalau jeruk-jeruk itu bagus dan manis.

Lalu tanpa berpikir panjang Farhan hampiri kakek itu, “Ammo, aku beli dua kilo.” Ucap Farhan  pada kakek itu. Seketika kekek tua itu mengambil jeruk dan menimbangnya, namun yang ditimbang jeruk-jeruknya jelek dan kelihatan kering, berbeda dengan buah yang tertata rapi dan bagus-bagus itu. Ternyata dia mengambil jeruk dari belakang jeruk yang bagus-bagus itu. dia sengaja memamerkan jeruk-jeruk yang bagus untuk menarik pembeli, dan dibalik itu dia simpan jeruk yang  jelek bahkan busuk, dan itu yang diberikan ke pembeli.

 Itu cara sebagian penjual buah yang licik, dia menaruh buah-buahan yang bagus dan menatanya dengan rapi untuk menarik pembeli, lalu yang jelek-jelek disimpan di belakang, dan itu yang akan dikasih kepada pembeli. Banyak sekali yang tertipu dengan cara seperti itu, seperti yang terjadi pada kawannya Farhan, Yanto. Dia berkisah, ketika dia berjalan santai melintasi pasar Hay 10, mahasiswa asal madura itu melihat buah jambu biji yang tertata rapi dan bagus-bagus, dia langsung tertarik dan tanpa ragu dia membelinya sebagai oleh-oleh ke rumah temannya, FOSIKBA. Namun tataan indah itu hanya buat penarik perhatian saja, pasalnya setelah dia membelinya ternyata diberi yang sudah bonyok dan hampir semuanya tidak bisa dimakan.

Di mesir, penjual buah memang bermacam-macam, ada yang memperbolehkan memilih dan ada juga yang tidak memperbolehkannya. Seperti yang pernah dialami temanku Doni, dia menuturkan dia ingin membeli jeruk dan ingin memilih sendiri namu penjualnya keberatan dan langsung mengusirnya “Pergi, pergi tidak usah beli.” Usir penjual itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Temanku itu langsung pergi dengan perasaan kesal terhadap tingkah penjual tadi.

Pada malam itu aku lagi duduk santai di atas kasur sambil mengotak-atik laptop, tiba-tiba saja temanku, Bakhtiar memanggilku dan teman sekamarku untuk makan jeruk bersama. Aku dan temankupun beranjak menghampirinya di ruang depan, sayang sekali ternyata jeruknya bonyok semua dan ditambah lagi dengan rasanya yang kecut. “Wahh, kok bonyok jeruknya, Bang,” Ungkapku sambil mengerutkan kening. Karena, jeruk yang lagi aku makan itu terasa kecut. Dia baru tau kalau jeruk yang dia beli jelek semua. “Aku sudah kedua kalinya loh pak beli di situ dan dapat yang jelek,” Seru playmaker Kpj itu dengan muka kecewa. Mahasiswa asal Bekasi itu berkisah bahwa dia membeli jeruk itu di pinggir jalan dekat pasar Moqottom, padahal, katanya sebelum beli dia menegur penjual jeruk itu bahwa dia dulu beli jeruk disitu dan diberi yang jelek-jelek. Penjual itu mengiyakan dan berkata mau memberi yang bagus tapi tanpa sepengetahuannya dia diberi lagi jeruk yang jelek-jelek.

Lalu teman dia, Sutrisno berkomentar “Pak, kalau membeli buah di Moqottom jangan beli di pinggir jalan, belilah yang di depan pasar atau samping pasar!, dulu aku beli bagus-bagus semua dan bisa mililih sendiri.” Di samping Trisno, Muhammad Alim berpesan “Jadi, kalau beli buah dan tidak bisa memilih kebanyakan  akan diberi yang jelek-jelek walaupun tidak jelek semua. Namun, sedikit banyak pasti dicampur dengan yang jelek.” Jelas  pria yang suka ketawa keras itu.

Begitulah cara sebagian penjual buah yang sering kita temui di seantero Cairo ini. Jadi, pembeli sebaiknya harus hati-hati jika ingin membeli buah. Hal semacam itu sudah lumrah di mesir dan itu bukan hanya menimpa pembeli jeruk dan jambu, tapi juga pembeli buah-buahan yang lain seperti anggur, strawberry, buah persik, dll. Karena di sini jarang sekali memperlakukan pembeli sebagai raja. Tapi sebaliknya, pejual adalah raja.

 Modus yang dipakai penjual buah itu tidak jauh beda, mereka hanya menata rapi buah yang bagus-bagus, sehingga kelihatan menarik dan yang melihatnya pasti banyak tertipu. Hal semacam itu biasanya kelakuan penjual buah tidak tetap, tapi kalau penjual tetap biasanya pembeli bebas memilih, dan perlu diingat kalau harga buah yang lebih murah tidak diragukan lagi rasanya pasti lebih kecut dan yang lebih mahal pasti lebih baik dan lebih manis.

Mesir yang gersang namun termasuk negara yang produktif menghasilkan beragam buah-buahan. Buah-buahan selalu bergantian tergantung musimnya masing-masing. Hal itu disebabkan di Mesir tidak ada hujan sehingga tanaman tidak terganggu hujan namun kaya air dari sungai Nil yang tak henti-hentinya mengalir, sehingga perairan bisa diatur tergantung kebutuhan pertanian dan hasilnya pun lebih maksimal.

April 17, 2015

,


Oleh; Muhammad Amin Ach Gazali

Menilai suatu sikap, tidak harus dinilai dari satu sisi saja, tidak harus dinilai dari kaca mata manusia saja. Tentunya, setiap orang memiliki keperibadiannya sendiri, memiliki tujuannya sendiri, dan setiap peribadi memiliki alasannya sendiri, baik dalam hal-hal yang tidak disukai ataupun sebailknya.

Sebagai pribadi yang bijak sana , tidak harus berpihak pada diri sendiri sebelum memikirkannya secara matang, ada kalanya sebagian dari kita salah dalam berbicara atau bersikap, dan ada kalanya salah dalam memberikan penilaian. Dan kesalahan itu tidak dapat divonis sebagai kesalahan mutlak, yang membedakan perilaku kita pada satu pihak dari pihak yang lain.

Belajar dari pengalaman, tentunya tidak kalah pentingnya dari orang yang hanya belajar dari buku dan kitab saja, karna tentunya orang yang belajar dari banyak pengalaman, dapat bersikap lebih menengahi dari pada menyisihkan satu pihak dari yang lain. Sebagai mana yang di lakukan Imam Assyafi’i dalam dakwahnya, beliau tidak menggunakan satu pendapat, melainkan beliau memiliki banyak pendapat, yang dikenal dengan Qoul Qodim dan Qoul Jadid, itu menunjukkan bahwa, beliau tidak gampang menyalahkan orang lain, sikap toleransi beliau sangat besar, beliau dapat menyesuaikan dengan keadaan, beliau tidak hanya terpaku pada satu pandangan selama perjalanan beliau dari makkah hingga ke mesir. Maka dari itu, banyak yang mengikuti madzhab beliau, karna memang pendapat beliau selalu sesuai dengan tempat dan zaman.

Sering di temukan dalam Al-Qur’an kata yang mempunya arti “berpikir” , baik berbentuk perintah, pernyataan, atau peringatan. Tentunya, hal itu dapat difahami bahwa, berpikir itu penting. Bahkan, suatu kewajiban bagi setiap manusia. Karna, berpikir merupakan salah satu kemampuan yang diberikan tuhan, yang dapat dijadikan ukuran untuk membedakan manusia dengan hewan. Namun meskipun demikian, dalam berpikir tidaklah sekedar berpikir, pastinya ada tempat , cara, dan apa yang pantas dan baik untuk di pikirkan. Karena tidak semua pantas untuk dipikirkan.

Dalam hal ini, yang terpenting adalah berpikir yang baik dan benar, yaitu, berpikir dahulu sebelum melangkah, berpikir dahulu sebelum berbicara, berpikir dahulu sebelum bersikap, dan berpikir dahulu sebelum memutuskan, tanpa membalik semua itu. Seringakali orang memberikan kesimpulan salah, atau memberikan persepsi salah, atau bahkan memberikan vonis yang salah pada satu pihak. Yang sikapnya, berlawanan dengan keyakinannya. Semua itu disebabkan karena salah menempatkan keputusan. Sehingga salah pula memberikan keputusan.

Kelengahan seseorang terhadap kesalahan cara berpikir, dapat disebabkan oleh beberapa factor. Di antaranya adalah; Fanatisme yang berlebihan terhadap sikap orang lain. Orang yang memiliki sikap semacam ini, akan cendrung lebih membenarkan dirinya sendiri, atau membenarkan sikap orang lain yang sejalan dengan dirinya. Dan tidak mau menerima sikap orang yang tidak sejalan dengannya, tanpa mau bertanya dan mendengar alasan apapun dari pelaku. Bahkan, tidak segan-segan mencaci atau bahkan, melakukan kekerasan atas ketidak setujuannya tersebut. Senang yang berlebihan pada seseorang. Orang semacam ini, cendrung tidak mau berpikir panjang atau mempertimbangkan terhadap sikap orang yang disenanginya, karna beranggapan segala sikap dan perkataannya baik dan benar, tanpa melihat latar belakang dari orang tersebut.


Maka dari itulah, kita dituntut untuk berpikir lebih tepat, benar, dan baik. Inilah yang dimaksud dengan berpikir profesional dan proporsional. Sehingga menjadi orang yang bijaksa dalam bersikap, berkata, dan memperlakukan orang lain sebagai manusia. Tidak meperlakukannya sebagai tuhan. dan tidak pula memperlakukannya sebagi hamba sahaya, atau lebih hina dari itu. Memperlakukan semua manusia sama. Namun. dalam kesamaan ada ukurannya masing-masing. Karena, tidak semua diciptakan dengan satu keperibadian dan satu kecendrungan. 

April 16, 2015

,

Oleh; Achmadi Mubarok, Lc

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Q.S 3:14

Kalau kita membaca ayat di atas maka kita akan menemukan kata zuyyina berasal dari kata zinah, kata ini memiliki arti hiasan, hiasan adalah sesuatu yang dianggap indah dan baik. Namun sesuatu yang indah bagi kita belum tentu indah bagi orang lain.

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa wanita termasuk salah satu hiasan duniawi bagi manusia. Bahkan ayat ini diperkuat oleh hadis Nabi, “Dunia itu adalah perhiasan, sebaik-baiknya perhiasan duniawi adalah wanita salehah, apabila suami memandangnya, wanita itu membuatnya senang, apabila suaminya memerintahnya dia mentaatinya dan apabila suaminya jauh darinya dia menjaga dirinya dan harta suaminya.”  Lalu benarkah wanita diciptakan oleh Allah Swt, hanya sebatas hiasan yang menghiasi lawan jenisnya saja.? 

Jawaban yang paling pas tentuntanya tidak. Karena sebenarnya antara lelaki dan wanita saling membutuhkan satu sama lain, wanita butuh lelaki begitu pula sebaliknya, juga keduanya sama-sama memiliki keistimewaan dan peran yang berbeda. Apa nasib laki-laki apabila tidak ada wanita.? Tentunya dia selalu ditemani kesepian dan kesunyian, bahkan lebih parah dari itu, manusia pertama, Nabi Adam A.S. akan musnah dengan sendirinya tanpa keturunan. Sungguh tidak terbayangkan andai saja wanita tidak terlahir di muka bumi ini. Apa yang akan terjadi.? Jangan khawatir kawan-kawan semua ini hanya pikiran liar saja. Pada kenyataanya wanita itu ada. Hahaha………..

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa dalam ayat ini Allah Swt. Menjelaskan tentang apa yang menjadi hiasan bagi manusia di kehdupan duniawi, yaitu: wanita, anak laki-laki, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, sawah dan ladang. Lalu Allah mengawali hal tersebut dengan kata wanita, karena wanita merupakan cobaan yang paling berat bagi seorang laki-laki, sebagaimana pejelasan Rasulullah SAW. Dalam hadisnya, “Aku tidak meninggalkan cobaan yang lebih membahayakan bagi laki-laki dari pada perempuan.”  Oleh karena itu, waspadalah kawan-kawan dari tipu muslihat wanita. Betul ya kawan!  wanita itu sungguh menggoda.? Hahaha……

Kita tidak boleh meremehkan wanita dan menganggapnya rendah. Jangan seperti orang-orang dulu yang menganggap wanita rendah, wanita hanyalah pemuas nafsu saja. Bahkan mereka merasa malu jika dianugrahi seorang anak perempuan, dan tidak segan-segan mereka membunuhnya, karena rasa malu yang menguasai jiwa mereka seperti yang tergambar dalam firman Allah Swt.
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.” (An-Nahl: 58-59)

Dalam Islam wanita sangatlah mulia, mari kita lihat betapa mulianya seorang ibu, ibu adalah wanita yang melahirkan kita, yang membesarkan kita dan yang mendidik kita. Maka kita tidak heran dengan hadis Nabi, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu.” Karena ibu mempunyai peranan penting terutama bagi anak-anaknya. Bahkan sekh Ali Gumah mengatakan bahwa cinta yang hakiki adalah cinta seorang ibu terhadap anaknya.


,

Oleh; Zis al-hakim

Salam cinta untuk para pencinta. Dalam hidup butuh suatu hal yang dinamakan warna. Warna yang tentunya mampu memberikan keindahan, pencerahan dan kekayaan bagi setiap jiwa. Warna yang berasal dari bias keikhlasan yang kemudian disini saya namakan cinta.

Terkait dengan cinta, pastilah setiap hati memiliki. Namun cara mencurahkan saja yang terlihat berbeda. Maka disini saya tawarkan cara indah agar kita mampu mencurahkan cinta dengan cara yang sederhana. Namun, dapat memberikan keindahan yang lekang, bahkan ketika kita sendiri terlebih dahulu usang oleh zaman.


Cara yang saya maksudkan adalah 'menulis'. Cara sederhana yang luar biasa pengaruhnya, telah dibuktikan oleh para ulama-ulama besar dalam Islam yang tak perlu saya sebutkan. Sekarang pikirkan mengapa beliau-beliau masih dikenang dan didoakan. Memberikan kemanfaatan yang luar biasa bagi umat hinga saat ini. Jawabnya satu, karena 'tulisan'. Disini, saya hanya ingin memberikan pilihan; menulis dan kekal atau diam dan sirna. Saya sarankan cepat curahkan segala cinta yang kita miliki sebelum tak ada waktu lagi. Curahkan Cinta itu dengan hal yg sederhana dan memberikan makna. Pilihan ditangan anda.
,


Oleh; Ayok Cangkolank

Anne Frank. Umurnya belum genap 16 tahun. Ia dikhianati, entah oleh siapa. Setelah 2 tahun bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain di Amsterdam, sekonyol-konyal sejumlah agen polisi menerobos rumah belakang, tepat di balik rak buku di gedung tempat ayah Anne bekerja, mereka menagkap satu persatu seluruh anggota keluarganya. Jumlahnya sepuluh orang, termasuk Anne dan dua pembantunya, Johannes dan Victor. Mereka diangkut menuju kamp-kamp konsentrasi penampungan. Tak sampai setahun Anne bertahan, ia meninggal pada awal tahun 1945 di kamp Bergen-Belsen, barat laut Jerman. Ditengarai karena tifus yang menggerogotinya.

Anne adalah salah satu korban Holokaus yang paling sering dibicarakan. Ia adalah satu dari jutaan korban genosida Hitler dan pasukannya. Tak ada yang tahu tentangnya hingga Otto Frank, kakak Anne, setelah kembali dari perang dunia kedua menemukan bahwa catatan harian adiknya disimpan oleh salah seorang penolong mereka – saat bersembunyi dari tentara Nazi – yang bernama Miep Gies. Ia mengambilnya. Kemudian, buku harian tersebut ia terbitkan pada tahun 1947. Dari situ, di kemudian hari buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Ia kemudian menjadi salah satu buku terlaris yang membuka mata dunia dan sekaligus mencatat salah satu tragedi paling kelam di sepanjang sejarah umat yahudi.


Entah apa yang ada dipikiran Anne hingga ia menulis detil kejadian yang menimpanya pada buku harian yang diberikan pada ulangtahunnya yang ketigabelas tersebut, tapi barangkali, salah satunya tak jauh dari judul di atas, bahwa menulis untuk abadi.

April 15, 2015

,
Untuk memahami nilai satu tahun, tanyakan kepada murid yang tidak naik kelas.
Untuk memahami nilai satu bulan, tanyakan kepada ibu yang melahirkan bayi premature.
Untuk memahami nilai satu minggu, tanyakan kepada editor sebuah koran mingguan.
Untuk memahami nilai satu jam, tanyalah sesorang yang hendak di temui kekasihnya.
Untuk memahami nilai satu menit , tanyalah kepada orang yang ketinggalan kereta api.
Untuk memahami nilai satu detik, tanyalah kepada seseorang yang lolos dari kecelakaan.
Untuk memahami nilai satu milidetik, tanyalah Kepada orang yang memenangkan medali perak dalam olimpiade
Hargailah setiap detik yang kau miliki ! ingatlah, waktu tidak menunggu siapa pun . kemarin adalah sejarah , esok adalah misteri , hari ini adalah anugrah.


,

Oleh; Ismail Adnan, Lc

Seiring dengan bergantinya zaman, jumlah dai di negeri tercinta terus bertambah dan bertebaran dimana-mana, tentunya dengan kapasitas ilmu yang berbeda. Ketika diamati, ternyata  status dai lumayan digandrugi dan banyak peminatnya, yang terdiri dari  berbagai lapisan masyarakat. Terkadang mereka tidak peduli dengan ilmu yang dimiliki, apakah masih dangkal atau tidak, yang penting menjadi dai. Banyak alasan yang diungkapkan terkait ketertarikan mereka menggeluti profesi  dai. Mulai dari hadis nabi yang berbunyi: Sampaikanlah dariku walau satu ayat. Hingga alasan bahwa profesi tersebut adalah perbuatan terpuji dimata Allah, dan masih banyak lagi alasan lainnya.

Diakui atau tidak, bahwa seorang dai rata-rata mempunyai pengikut/penggemar, sekalipun sedikit, dan tidak jarang  sebagian dari penggemarnya yang fanatik. Berangkat dari itu semua, perlu kiranya bagi yang berniat terjun ke medan dakwah agar terlebih dahulu mendalami ilmu agama, setidaknya untuk menekan dan mengurangi kerusakan yang terjadi di masyarakat. Jika sosok-sosok yang pakar masih cukup untuk mengisi ruang dengar umat Islam, jadi yang dangkal ilmunya diharapkan minggir dulu. Jika sidangkal (pen-dai yang kapasistas ilmunya kurang mumpuni) memaksa terjun untuk berdakwah dengan alasan tertentu, maka terlebih dahulu memperjelas sanad ilmu yang di dapat. Karena ketika ada yang bermasalah biar langsung dirujuk, minimal pada karya-karya gurunya. Tapi kalau sanadnya hanya bersambung sama mbah google, maka jangan dipaksakan untuk terjun ke ranah dakwah jika tidak ingin kerusakan terus bertambah.

Mungkin kita sama-sama tahu bahwa tidak semua dai  mempunyai niat tulus untuk menuntun ke jalan Allah. Pastinya, ada  sebagian dari mereka yang tujuanya untuk memperkaya diri, atau motif lainnya yang tidak terpuji. Asumsi ini menemukan pembenaran ketika ada fakta lapangan yang menampakkan dai marah-marah karena uang yang diterima tidak sesuai dengan ketentuan dan harapan. Ada juga yang tidak marah meski merasa kecewa. Tapi ia memberi tanda mirah bagi pihak yang mengundang jika uang yang diberikan kepadanya tidak sesuai harapan alias sedikit.

Para dai yang tidak ikhlas menuntun, penulis yakini tidak akan pernah membawa kebaikan, meski kalimat dan bahasa yang sering disampaikan dalam majlis-majlis benar adanya. Karena bahasa yang hanya sebatas lisan sulit untuk tembus ke hati, apalagi diikuti. Alih-alih mengharapkan kebaikan dari mereka, malah terkadang sifat-sifat tidak terpuji dipertontonkan: seperti mempermalukan orang lain di depan publik, atau mengeluarkan statemen dan bahasa kotor di tengah-tengah masyarakat.

Mungkin  di antara yang perlu diperhatikan oleh para dai adalah bahwa orang-orang masa kini berbeda dengan dulu. Mungkin karena mereka terpelajar sehingga mudah peka dan krtitis dengan keadaan sekitar. Jadi para dai perlu lebih waspada, sebagai penyambung lisan nabi. Jangan sampai orang beranggapan bahwa sifat tidak terpujinya sang dai adalah cerminan  dari agamanya.

Beberapa bulan  lalu terjadi pembunuhan redaktur “Charlie Hebdo” di Paris. Kejadian ini katanya bermula dari ulah redaktur yang sering memuat karikatur nabi, sehingga memancing kemarahan umat Islam di berbagai belahan bumi. Kecaman, ancaman dan teror dilancarkan untuk menghentikan tindakan provokatif tersebut. Ketika teguran sudah tidak diindahkan, maka sebagian kelompok umat Islam ada yang nekat melakukan menyerangan yang mengakibatkan terbunuhnya 12 orang, termasuk karikaturis. Selang beberapa hari kemudian kartun serupa muncul kembali.

Bisa saja inisiatif pembuatan karikatur nabi muncul karena ulah sebagian umat Islam itu sendiri. Seperti menebarkan terror, menciptakan kerusakan, dan mengusik ketengan orang lain . Tidak semuanya non-muslim belajar sejarah Islam. Bagi yang tidak membaca sejarah Islam tentunya mereka akan melihat apa itu Islam dengan melihat prilaku umat Islam yang ia tau.
Kejadian di Paris penulis rasa  tidak lepas dari  peran seorang dai. Tidak mungkin orang awam bergerak sendiri tanpa ada yang menggerakkan. Jika mereka tau perbuataannya tidak  baik, tentu mereka tidak akan pernah melakukannya, apalagi perbuatan tersebut sangat berbahaya. Siapa lagi yang akan memberi tau mereka tentang baik dan buruk dalam agama, jika bukan dari seseorang yang dijadikan rujukan dalam beragama, atau bisa disebut tokoh agama/dai.

Bagi penulis apapun motif Charlie Hebdo, pembunuhan tidak bisa dibenarkan! Balas pena dengan pena, bukan dengan senjata!!
Untuk zaman sekarang, rasanya kurang komplet jika seorang dai hanya pandai bicara di podium-podium saja. Seharusnya mereka juga pandai merangkai kalimat dalam bentuk tulisan untuk kemudian dipublikasikan di berbagai media. Jika tidak, maka media elektronik, khususnya, yang merupakan persinggahan mayoritas umat dari berbagai latarbelakang hanya akan terisi oleh tulisan-tulisan sampah yang kering akan ilmu pengetahuan agama.


Tanggungjawab seorang dai kian hari bertambah berat. Banyak PR yang harus diselesaikan. Mungkin hal ini yang mebuat teman saya, Ust. Shalehuddin Pawel al-Zumar tidak buru-buru pulang meski tugas kuliah sudah rampung beberapa puluh tahun lalu. Hampir setiap hari beliau menjadi pemulung buku, hingga buku beliau mencapai puluhan karton dalam berbagai disiplin ilmu. Setiap hari, kurang lebih sepuluh jam dihabiskan hanya untuk membaca dan mengasah ilmunya. Mungkin yang terselip dalam benak belau, bagaimana caranya agar dirinya kelak bisa menjadi dai oplosan, yang mampu mengoplos tradisi, agama dll, dalam satu wadah kehidupan, tanpa harus mereduksi agama yang bersifat rahmatan lil alamin. Wallahu a'lam.

Follow Us @soratemplates