April 17, 2015

Berpikir Profesional dan Proporsional



Oleh; Muhammad Amin Ach Gazali

Menilai suatu sikap, tidak harus dinilai dari satu sisi saja, tidak harus dinilai dari kaca mata manusia saja. Tentunya, setiap orang memiliki keperibadiannya sendiri, memiliki tujuannya sendiri, dan setiap peribadi memiliki alasannya sendiri, baik dalam hal-hal yang tidak disukai ataupun sebailknya.

Sebagai pribadi yang bijak sana , tidak harus berpihak pada diri sendiri sebelum memikirkannya secara matang, ada kalanya sebagian dari kita salah dalam berbicara atau bersikap, dan ada kalanya salah dalam memberikan penilaian. Dan kesalahan itu tidak dapat divonis sebagai kesalahan mutlak, yang membedakan perilaku kita pada satu pihak dari pihak yang lain.

Belajar dari pengalaman, tentunya tidak kalah pentingnya dari orang yang hanya belajar dari buku dan kitab saja, karna tentunya orang yang belajar dari banyak pengalaman, dapat bersikap lebih menengahi dari pada menyisihkan satu pihak dari yang lain. Sebagai mana yang di lakukan Imam Assyafi’i dalam dakwahnya, beliau tidak menggunakan satu pendapat, melainkan beliau memiliki banyak pendapat, yang dikenal dengan Qoul Qodim dan Qoul Jadid, itu menunjukkan bahwa, beliau tidak gampang menyalahkan orang lain, sikap toleransi beliau sangat besar, beliau dapat menyesuaikan dengan keadaan, beliau tidak hanya terpaku pada satu pandangan selama perjalanan beliau dari makkah hingga ke mesir. Maka dari itu, banyak yang mengikuti madzhab beliau, karna memang pendapat beliau selalu sesuai dengan tempat dan zaman.

Sering di temukan dalam Al-Qur’an kata yang mempunya arti “berpikir” , baik berbentuk perintah, pernyataan, atau peringatan. Tentunya, hal itu dapat difahami bahwa, berpikir itu penting. Bahkan, suatu kewajiban bagi setiap manusia. Karna, berpikir merupakan salah satu kemampuan yang diberikan tuhan, yang dapat dijadikan ukuran untuk membedakan manusia dengan hewan. Namun meskipun demikian, dalam berpikir tidaklah sekedar berpikir, pastinya ada tempat , cara, dan apa yang pantas dan baik untuk di pikirkan. Karena tidak semua pantas untuk dipikirkan.

Dalam hal ini, yang terpenting adalah berpikir yang baik dan benar, yaitu, berpikir dahulu sebelum melangkah, berpikir dahulu sebelum berbicara, berpikir dahulu sebelum bersikap, dan berpikir dahulu sebelum memutuskan, tanpa membalik semua itu. Seringakali orang memberikan kesimpulan salah, atau memberikan persepsi salah, atau bahkan memberikan vonis yang salah pada satu pihak. Yang sikapnya, berlawanan dengan keyakinannya. Semua itu disebabkan karena salah menempatkan keputusan. Sehingga salah pula memberikan keputusan.

Kelengahan seseorang terhadap kesalahan cara berpikir, dapat disebabkan oleh beberapa factor. Di antaranya adalah; Fanatisme yang berlebihan terhadap sikap orang lain. Orang yang memiliki sikap semacam ini, akan cendrung lebih membenarkan dirinya sendiri, atau membenarkan sikap orang lain yang sejalan dengan dirinya. Dan tidak mau menerima sikap orang yang tidak sejalan dengannya, tanpa mau bertanya dan mendengar alasan apapun dari pelaku. Bahkan, tidak segan-segan mencaci atau bahkan, melakukan kekerasan atas ketidak setujuannya tersebut. Senang yang berlebihan pada seseorang. Orang semacam ini, cendrung tidak mau berpikir panjang atau mempertimbangkan terhadap sikap orang yang disenanginya, karna beranggapan segala sikap dan perkataannya baik dan benar, tanpa melihat latar belakang dari orang tersebut.


Maka dari itulah, kita dituntut untuk berpikir lebih tepat, benar, dan baik. Inilah yang dimaksud dengan berpikir profesional dan proporsional. Sehingga menjadi orang yang bijaksa dalam bersikap, berkata, dan memperlakukan orang lain sebagai manusia. Tidak meperlakukannya sebagai tuhan. dan tidak pula memperlakukannya sebagi hamba sahaya, atau lebih hina dari itu. Memperlakukan semua manusia sama. Namun. dalam kesamaan ada ukurannya masing-masing. Karena, tidak semua diciptakan dengan satu keperibadian dan satu kecendrungan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates