April 26, 2018

,


#Pena_Sang_Senja
#Semoga_Bermanfaat
#Mohon_dikeritik_jika_terdapat_kesalahan

Dulu waktu saya masih kecil, mayoritas masyarakat di daerah saya melarang anak-anaknya agar tidak keluar pada malam jum'at, lebih tepatnya pada waktu maghrib. Ya, dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal ketika kita renungkan ulang saat kita sudah dewasa.

Tak jarang dari kita saat masih bau kencur dulu, bahkan semua mempercayai bahwa di malam jum'at, khususnya pada waktu yang sudah saya sebutkan di atas, adalah waktu di mana arwah-arwah orang yang telah meninggal mulai bangkit untuk mengganggu kita yang keluyuran pada waktu maghrib.

Ya, menurut saya pribadi cara itu kurang baik, namun bukan berarti saya meng-klaim cara tersebut salah, tidak! hanya saja kurang tepat jika diterapkan pada anak-anak yang masih polos, atau dalam kalangan pelosok desa Madura biasanya disebut dengan istilah "Ghik tak taoh muang miro'en dhibik" (Anak yang masih belum bisa membuang ingusnya sendiri).

Mengapa sebagai penulis, saya berkata demikian? Ya, karena cara itu akan berdampak negatif pada pola pikir atau cara pandang anak-anak tersebut, seperti yang terjadi pada pribadi saya sendiri. Sehingga ketika mereka mulai tumbuh, hingga menginjak dewasa, rasa takut atau pikiran yang telah didoktrin sejak kecil akan terus menghantui setiap kali mereka berbenturan dengan waktu yang dapat mengingatkan pada masa kecilnya dulu.

Padahal tujuan mereka melarang kita untuk tidak keluar pada malam jum'at, agar kita berdiam diri dalam rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diajarkan oleh Nabiyyuna Muhammad SAW. Dan seperti yang telah kita ketahui bersama, di antara amalan-amalan yang dianjurkan bagi kita untuk dikerjakan pada malam jumat adalah memperbanyak bersholawat atasnya.

Allah berfirman dalam kitab-Nya:

{إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما}
"Sesungguhnya Allah dan para MalaikatNya bersolawat atas Sang Baginda Rosul. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian dan haturkanlah doa keselamatan padanya (Nabi Muhammad SAW)."

Maka dari itu, saya sebagai umat Sang Baginda, bertujuan untuk mengingatkan pada antum-antum sekalian yang sedang membaca artikel pendek ini untuk senantiasa melantunkan Sholawat atasnya tanpa batas. Dengan harapan, semoga kita semua bisa mendapatkan Syafa'atnya. Amin!

الصلاة والسلام على أفصح من نطق بالضاد سيد المرسلين وخاتم النبيين حبيبنا وشفيعنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين



#Senja_Bertasbih
















April 23, 2018

,






















#Pena_Sang_Senja
#Semoga_Bermanfaat
#Mohon_dikeritik_jika_terdapat_kesalahan

Pernahkah kita mendengar nama "Sayyidina Ali Zainal Abidin"?
Ya, tentu saja nama itu sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya bagi penganut agama yang diturunkan pada satu-satunya Nabi pembaharu sekaligus pemersatu, satu-satunya Nabi yang memiliki gelar "PARIPURNA".

Namun kali ini saya tidak akan membahas Sang Baginda kita, akan tetapi saya akan sedikit mengupas salah satu gelar dari Ahlu al-Bait (keluarga Rasulullah), beliau bernama "Sayyidina Ali Zainal Abidin".

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa salah satu cara agar kita dicintai orang lain, maka kita harus mencintai orang yang dicintainya, seperti yang telah termaktub (tertulis) dalam kitab-Nya:
(قل إن كنتم تحبون الله فاتبعواني يحببكم الله)

"Jika kalian mencintai Allah, maka hendaklah kalian mengikuti jejakku, niscaya kalian akan dicintai oleh-Nya".

Sayyidina Ali merupakan salah satu dari Ahlu al-Bait, sejak kecil beliau dididik langsung oleh Baginda Nabi, hingga akhirnya kelembutan tutur katanya, kesantunan Akhlaknya hampir dan bahkan sama dengan Sang Baginda Rasulullah. Tak sedikit dari kita yang tahu gelar-gelar yang didapat oleh Sayyidina Ali.

Namun, saya sebagai penulis amat sangat terkesimak dengan satu gelar di antara gelar-gelar yang dipikulnya, yaitu sebagai SAJJAD (orang yang senantiasa bersujud pada Sang Ilahi). Ya, bagaimana mungkin saya tidak terkesimak dengan gelar tersebut, jika tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Allah!

Ya, beliau-lah satu-satunya Sahabah Nabi sekaligus Ahlu al-Bait yang memiliki laqob (julukan) SAJJAD. Amat sangat pantas jika gelar tersebut hanya dimiliki olehnya, karena setiap hari beliau senantiasa bersujud pada Sang Ilahi sebanyak 1000x.

Dari kisah ini, masihkah kita akan bersenang-senang dengan kelalaian kita terhadap Sholat?! Sangatlah disayangkan jika kita masih berlalu-lalang dalam keadaan tersebut. Siapalah kita?! Kita tidak punya jaminan untuk masuk SurgaNya.

#Semoga_semua_dosa_kita_diampuni_olehNya.


April 19, 2018

,

















Orang-orang besar akan bercerita hal yang paling ia ingat dan selalu ia kenang selama perjalanan menuju kesuksesan, yaitu masa-masa sulit yang mengganjal. Sesekali mereka tertawa geli memandang orang di sekirtanya mengabdikan dirinya untuk mengapai cita-citanya, namun kurang bersabar menerima kenyataan yang harus mereka hadapi. Apapun cita-citanya, jalanan terjal senantiasa menemani. Jadi dua hal yang tidak mungkin dipisah.

Berbicara kebutuhan, ulama Maqasid as-Syariah membaginya ketiga bagian: Pertama, Dharuriyyat (primer) yaitu kebutuhan yang sifatnya pokok tidak bisa di hindari. Seperti biaya sewa kos, ongkos ‘80 coret’, biaya beli kitab dan alat-alat tulis. Kedua, Hajiyyat (sekunder) yaitu kebutuhan yang sifatnya satu tingkat dibawah kebutuhan pokok. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama yaitu belajar. Hanya saja ketiadaanya sedikit menyulitkan langkah-langkah menuju tujuan yang ingin digapai. Seperti, telepon genggam dan laptop. Ketiga, Tahsiniyyat (tersier) yaitu kebutuhan yang sifatnya pelengkap. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama dan tidak pula mempersulit langkah-langkahnya. Seperti pakaian yang sesuai dengan kebisaan mahasiswa; tidak mengurangi keluhuran budi pekerti.

Dengan latar belakang tingkat kemampuan ekonomi orang tua yang berbeda-beda, di sinilah sering kali seorang mahasiswa kehilangan tujuan utama. Menderap satu langkah untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun kadang lupa kendali bahwa ia hanya sedang memenuhi kebutuhan pokok. Sama sekali tidak dituntut memehuni kebutuhan kedua dan ketiga, jika keberadaanya menghambat tujuan utama. Intinya kejarlah kebutuhan pokoknya, namun jangan lupa segera kembali.

Maka perlu sekali seorang mahasiswa berpikir cerdas, bertanya dan perlu menaruh curiga pada dirinya. Benarkah jalan yang ditempuh adalah jalan yang semestinya dilalui? Karena tidak jarang ditemukan diantara mereka berlatar belakang keluarga berekonomi menengah keatas. Mampu memenuhi kebutuhan yang ia perlukan. Namun mereka seakan memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan dalih malu sudah dewasa meminta biaya kepada orang tua. Hemat penulis ini cara berpikir yang kurang tepat. Konsentrasi penuh amat dibutuhkan selama proses belajar.

Akhir kata, segala sesuatu punya takaran dan ukuran masing-masing! Semoga senantiasa kita diberi kemampuan menjaga amanah sebagai thalibul ilmi dengan baik. Wallu a’lam...


Oleh: Abdurrahman Abdul Khaliq






April 18, 2018

,


Suara Fosikba

Oleh : Zainul Muttaqin

Kairo- Hari sabtu tanggal 14 April 2018, merupakan hari yang sangat berharga dan mengesankan bagi seluruh anggota almamater FOSIKBA, karena pada hari tersebut mereka semua berbahagia dan antusias dalam rihlah wisatanya mengunjungi berberapa destinasi sejarah kuno dan tempat-tempat objek wisata yang  sering dikunjungi oleh para pelancong baik dari pribumi atau turis seperti teman-teman anggota Fosikba sendiri.

Berangkat tepat jam 07:00 CLT dengan Bus Pariwisata, di tengah perjalanan kami disuguhkan dengan berbagai pemandangan indah (walaupun dari balik kaca bus) melewati daerah pedesaan kota Fayoum yang nota bane dengan kesuburannya, keramahan dan kegigihan penduduknya dalam bekerja diladang tempat mereka mengais mata pencahariannya.

Kincir air adalah tempat tujuan pertama kali pada rihlah kali ini dan merupakan awal pertama kali kami menginjakkan kaki di kota Fayoum yang konon katanya kincir air tersebut merupakan kincir air bekas peninggalan Nabi Yusuf As. dalam mengalirkan dan meratakan air dari sungai Nil ke daerah pertanian seluas 340.000 ha di kota Fayoum tersebut.

Kemudian dilanjut dengan panorama indahnya danau atau dikenal dengan sebutan buhairah yaitu sighat tasghir dari bahr (laut kecil) yang disinyalir merupakan tempat tertelannya qarun beserta hartanya-hartanya, yang awalnya hanya berupa lembah biasa tapi entah mengapa bererapa tahun kemudian lembah tersebut terisi air yang tetap dan ada hingga saat ini.

Istana qarun adalah tujun selanjutnya dalam rihlah kali ini, istina qarun merupakan satu-satunya harta bekas peninggalannya yang tidak ikut ditenggelamkan oleh Allah dan masih kokoh hingga saat ini, sebagai peringatan untuk umat manusia. Istana tersebut terdiri dari tiga tingkat yang digunakan olehnya sebagai tempat tinggal kerabat dekat dan harta miliknya, tidak termasuk beberapa lapisan di bawah istana tersebut, karena memang pada saat itu kami selain diawasi oleh juru kuncinya, juga tidak adanya lampu penerang disetiap ruangannya, ditambah lagi suhu udara yang sangat panas sekali; sehingga kami merasa tidak betah berlama-lama di dalamya. Tidak hanya itu saja, dikatakan juga bahwa di dalam istana tersebut terdapat 360 bilik yang menyamai 360 hari dalam setahun.

Air terjun adalah tujun akhir pada rihlah kali ini, dan tercatat merupakan yang terlama dari pada objek wisata sebelumnya berkisar antara tiga jam atau lebih, disana kami selain disuguhkan dengan pemandangan air terjunnya juga dimanjakan dengan keindahan pantainya yang menjadi tempat kunjungan favorit warga Mesir sendiri. Disana, kita selain berwisata juga bisa berbincang-bincang dan bercengkerama dengan warga setempat, bahkan banyak diantara mereka yang hanya sekedar minta foto bareng dengan kami.

Rihlah yang tidak hanya sekedar rihlah biasa, tapi rihlah yang diselingi dengan beberapa agenda kegiatan yang juga diselipkan ditengah-tengah perjalanan kami. Tercatat ada berberapa kegiatan yang terealisasi pada saat itu, diantaranya adalah shalawat, sambutan dari ketua Fosikba ustadz  Fahrur Razi Zubaidi, sambutan dari dewan konsultatif dan diakhiri dengan pemberian penghargaan pada salah satu anggota Fosikba terbaik dan teraktif dalam jurnalistik. Mungkin itu saja cerita kami dalam rihlah ke kota Fayoum kali ini, dan tetap ikuti suara Fosikba selanjutnya.

April 15, 2018

,






















Dalam mengakaji suatu fan ilmu ada sepuluh hal mendasar yang harus dikuasai sebelumnya, salah satunya  adalah ta'rif (Definisi). Perihal barakah, mungkin sebelum mengakaji lebih lanjut tentang barakah, dari mana sumber barakah? Lebih tepatnya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu definisi barakah?

Barakah adalah   "خيرإلهي لايعلمه إلاالله "suatu kebaikan yang tidak seoarang pun mengetahuinya kecuali Allah. Kalau lebih disederhanakan lagi yaitu sebuah anugerah tuhan atau pemberian yang sifatnya tertentu pada orang tertentu. Jika dibawa dalam ranah sosial semisal suatu resepsian yang sudah lumrah terjadi adalah suatu pemberian shohibul hajah pada tamu undangan, beda lagi dalam ranah relegi yang selalu diharapkan jutaan umat manusia, khususnya penuntut ilmu di kalangan pesantren. Mereka terkadang mengedepankan egonya dan meyakini bahwa barakah merupakan suatu pemberian tuhan atau siraman langsung yang sifatnya abstrak, tapi nihil dalam pengaplikasiannya.

Lalu dari mana sumber barakah tersebut? Penulis hanya menyebutkan sebagian sumber barakah dari berbagai macam sumber yang ada yaitu maha guru.

Guru merupakan sosok mutivator dunia yang mengubah jiwa batil menjadi jiwa terarah dan terang benderang yang patut dijunjung tinggi, karena guru tidak hanya memberi asumsi atau ilmu saja, tapi  guru juga mengerahkan segala kemampuannya untuk mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa.

Contoh kecilnya adalah ketika peserta didik kesulitan memahami pembelajaran entah dari penyampaian yang sulit dipahami, karena kebetulan bahasa yang digunakan terlalu tinggi atau dari kesulitan-kesulitan yang lain, maka seyogiyanya guru akan memberi solusi dari problem  tersebut.

Dari situlah sosok maha guru patut dijunjung tinggi tanpa diragukan lagi, karena beliulah yang selalu paham kendala penuntut ilmu dari berbagai macam aspek, dan disaat itu pula nampaklah akan perjuangan sosok motivator dunia akan keikhlasannya, sehingga dengan keikhlasannya tersebut akan muncul sesuatu yang tersirat di dalamnya yaitu barakah.


By: Dhaifil ihsan

April 12, 2018

,
















Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya Setiap waktu.

Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya Allah!"

Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru: "Ya Allah!"

Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"

Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"

Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru  "Ya Allah!"

Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus anda pikul, menyerulah:"Ya Allah!"

Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah.

Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, hanya mengharapkan belas kasiha-Mu ya tuhan.

{Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya.}

Allah: Nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat berharga, dialah tuhan yang berhak disembah.

Allah: Dari-Mu semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan.

Allah: Pemilik segala keagungan, kemuliaan  dan dzat yang  Maha SEMPURNA.

             (   كن مع الله فإذا لم تكن مع الله فكن مع من كان مع الله فإنه يوصلك إلى الله )


Oleh: Rokib Slamet

April 08, 2018

,














Sahabat-sahabatku yg dimuliakan Allah...

Bulan-bulan al Hurum (suci) adalah bulan-bulan yang Allah muliakan. Dalam Al Quran  Allah
Menyatakan: 

إن عدة الشهور عندالله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق السماوات والأرض منها أربعة حرم,
ذلك الدين القيم فلاتظلموا فيهن أنفسكم.
Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah aalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah subhanahuwata’ala. Diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat yang haram (yang di sucikan), itulah ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.(QS At-taubah:36)

عن أبي بكرة, عن النبي صل الله عليه وسلم قال: إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض, السنة اثنا عشر شهرا منها أربعة حرم, ثلاث متواليات: ذو القعدة وذو الحجة والمحرم, ورجب شهر مضر الذي بين جمادى وشعبان.
Artinya: Dari abu bakrah ra, dari Rosulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya dihari dimana Allah menciptakan langit dan bumi, satu tahun ada dua belas bulan, disitu terdapat empat bulan yang diharamkan (di sucikan)Allah. Tiga bulan berturut-turut: Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab adalah bulan mudhar yang terletak antara jumadil akhir dan sya’ban.

Sahabat-sahabatku yang di muliakan Allah...

Hadits diatas adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dan para Imam lainnya. Dari Hadits dan Ayat diatas sangatlah jelas kemuliaan keempat bulan suci tersebut yaitu: Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Kemuliaan keempat bulan ini tidak boleh dipungkiri oleh setiap orang yg beriman bahwa yang memuliakan bulan-bulan tersebut adalah sang Khaliq dan Nabi Muhammad Saw. Setiap orang yg beriman pasti akan mengagungkannya.

Sahabat-sahabatku yang dimuliakan Allah...

Pengagungan terhadap bulan-bulan al Hurum tersebut apakah dengan menjadikannya sama seperti dengan bulan-bulan yang lain? Tidak. Namun dengan mengistimewakan bulan-bulan al Hurum tersebut dengan berbagai pengistimewaan. Pengistimewaan tersebut dilakukan dengan beberapa hal yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Diantara bentuk pengistimewaannya adalah dengan satu tekad dan kesungguhan dalam menjauhkan kemaksiatan, banyak beristighfar kepada Allah, berpuasa berzikir, bersedekah, santunan kepada anak yatim dan faqir miskin dan hal-hal lainnya yang dianjurkan dalam agama.

Ada beberapa poin yang perlu kita ketahui, diantaranya adalah bahwa hadits shahih dan hadits hasan adalah hadits yang kuat dan dapat dijadikan sebagai pondasi hukum agama. Adapun hadits Dhaif tidaklah dapat dijadikan sebagai pondasi hukum. Namun para ahli hadits menyatakan bahwa hadits dhaif boleh dijadikan pedoman dalam menjalankan suatu amal yang berpahala. Oleh ahli hadits diistilahkan dengan istilah Fadhoil A’mal, yakni hadits yang menyatakan tentang kemuliaan suatu amal ibadah tertentu dengan pahala tertentu.

Ahli hadits menyatakan bahwa bolehnya menjadikan hadits dhaif sebagai pedoman dalam fadhoil  a’mal dengan beberapa syarat, diantaranya adalah:

1.      Status kedhaifannya tidak terlalu parah.
2.      Jenis amal ibadah yang dianjurkan dalam hadits dhaif tersebut adalah jenis yang direstui dalam hadits yang shohih atau hasan.
3.      Mengamalkan hadits dhaif dalam fadhoil a’mal tersebut dengan tanpa beriti’qad bahwa perkara tersebut adalah bagian dari Sunnah Nabi. Namun dengan tujuan ihtiath (berhati-hati) agar perkara yang kemungkinan sebagai bagian dari agama yang tidak terbuang.

            Diantara poin yang perlu diketahui juga adalah bahwa hadits yang lemah dapat naik statusnya dengan dukungan keberadaan hadits-hadits lainnya. Contoh adalah jika suatu amal ibadah tertentu dengan pahala tertentu disebutkan oleh suatu hadits yang dhaif, dan kemudian terdapat beberapa hadits-hadits dhaif lain yang menyebutkan tentang amal ibadah yang sama, maka hadits-hadits dhaif tersebut saling menguatkan dan mendukung satu sama lain hingga mengangkat statusnya yang dhaif menjadi status hasan li ghoirihi (hadits hasan karena mendapat dukungan). Demikian halnya dengan hadits hasan apabila terdapat hadits-hadits pendukung yang mendukungnya maka statusnya terangkat dari hadits hasan menjadi shohih  li ghoirihi (hadits shohih karena mendapat dukungan).

Kedua poin penting ini adalah sebagian kecil dari ilmu Mustholah Al Hadits (ilmu penelitian keabsahan hadits) dan masih banyak lagi poin-poin penting dalam meneliti suatu hadits. Hal ini perlu dinyatakan dengan tegas sehingga orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang lurus tentang ilmu hadtis tidak lancang menyatakan pengingkarannya terhadap suatu hadits, suatu amal ibadah dan suatu agama yang dinyatakan oleh para ulama yang ahli. Karena di zaman ini banyak orang yang dengan lancang mengatakan dengan gaya yang meremehkan“itu adalah hadits dhaif”, seakan hadits dhaif sama sekali tidak punya tempat dalam agama islam, seakan hadits dhaif hanyalah salah satu sampah yang harus dibuang dan dibakar. Na’udzubillah. Kami berlindung kepada Allah subhanahuwata’ala dari kelancangan terhadap syariat Allah.

Para ulama hadits meriwayatkan hadits-hadits dhaif dan membuat aturan, syarat dan ketentuan yang ketat terhadapnya tiada lain karena kehati-hatian mereka yang amat besar terhadap hadits RasulullahshallAllahu ‘alaihiwasallam. Sebagai mana mereka tidak berani menyatakan suatu kepastian yang bulat bahwa hadits dhaif sebagai hadits yang palsu. Mereka khawatir jika mereka menyatakan bahwa hadits dhaif tetsebut adalah pasti keabsahannya, namun ternyata tidak demikian dan sebaliknya mereka khawatir jika mereka menyatakan bahwa hadits dhaif sebagai hadits palsu namun ternyata tidak demikian. Karena itulah mereka meriwayatkan hadits-hadits dhaif agar tidak membuang apa yang kemungkinan sebagai bagian dari agama Allah, dan mereka membuat aturan, syarat dan keteantuan yang ketat terhadapnya agar membentengi agama Allah.

Sahabat-sahabatku yang dimuliakan Allah...

Berikut ini adalah beberapa hadits yang diriwayatkan tentang kemuliaan bulan-bulan al Hurum secara umum, dan bulan rajab secara khusus serta apa yang diriwayatkan dari hadits Nabi Muhammad shallAllahu ‘alaihiwasallam tentang amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan-bulan al Hurum tersebut adalah shahih dan beberapa lagi adalah hasan dan beberapa lainnya adalah dhaif.

عن أنس بن مالك قال: كان انبي صلى الله عليه وسلم عن أنس بن مالك قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم عن أنس بن مالك قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب قال اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان وكان يقول ليلة الجمعة غراء ويومها أزهر ( رواه أحمد والبيهقي في الدعوات الكبير والطبراني في الأوسط).

Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad shallAllahu ‘alaihiwasallam apabila telah masuk bulan rajab dia berkata: Ya Allah berkahilah untuk kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan. Dan dahulu beliau berkata: malam jum’at indah dan harinya berseri-seri. (Hadits inidiriwayat kanoleh Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi dalam Ad da’waat Al Kabir dan AthThabrani dalam Al Awshat)

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Dan mudah-mudahan Allah subhanahuwata’ala menjadikan Bulan Rajab ini sebagai bulan kemenangan bagi umat islam. Dan mudah-mudahan Allah subhanahuwata’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamban-Nya yang memakmurkan bulan-bulan suci ini dengan kebaikan dan ketaatan. Amien.

            وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم والحمدلله رب العالمين


Oleh: KHOIRUL UMAM SUKI
SELASA 09 RAJAB 1439 H/ 27 MARET 2018 M.

Follow Us @soratemplates