Oktober 25, 2022

,

 


Islam sangat menghargai dan mementingkan perihal waktu. Pengamat hukum Islam menyadari sejauh mana Islam melestarikan waktu dan sangat hati-hati dalam mengelolanya. Sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Islam telah menentukan waktu-waktu ibadahnya, dan itu semua menunjukkan pada suatu konsep aturan yang jelas dan penghormatan terhadap waktu.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa waktu salat wajib itu dari fajar, dhuhur, ashar, maghrib dan isya'. Semua waktu tersebut telah ditentukan oleh wahyu ilahi dan ada awal dan akhirnya. Sehingga jika waktu berakhir maka tidak bisa melakukan ibadah yang bersifat ada'i, hanya yang bersifat qadha'i. Hal ini dikarenakan waktu yang telah ditetapkan oleh syariat telah berakhir.

Tak hanya salat wajib saja, rukun Islam yang lain juga ada waktunya, seperti puasa. Untuk puasa ada waktu per tahun dan juga waktu khusus per harinya (dari terbitnya fajar sampai matahari terbenam). Sedangkan waktu mengeluarkan zakat ketika hartanya telah dimiliki selama setahun dan seterusnya. Dan rukun Islam yang terakhir (haji), waktu pelaksanaannya pada bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah. 

Seorang muslim seyogyanya menggunakan waktunya dengan baik. Karena semua yang diperbuat akan dipertanggungjawabkan. Sebagaimana nikmat yang telah Allah Swt. berikan kepada kita. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yang artinya: "Pada hari kiamat, kaki seorang tidak akan bergerak kecuali telah ditanyakan 4 hal. Pertama, tentang hal yang telah dilakukan selama hidupnya. Kedua, tentang hal yang dikerjakan ketika remaja. Ketiga, tentang sumber memperoleh harta dan digunakan apa saja harta tersebut. Keempat, tentang apa saja ilmu yang diamalkan. 

Segala perbuatan manusia di dunia yang fana ini pasti akan dibalas. Di setiap harinya, tahunnya dan sisa waktu lainnya. Apakah dia menggunakannya dengan taat kepada Allah Swt. atau kemaksiatan? Apakah dihabiskan dengan rajin bekerja, mencari mata pencaharian, melakukan hal yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat atau tidak seperti itu?

Kebanyakan manusia hanya melakukan sebagian dari pekerjaan mereka. Mereka meninggalkan banyak pekerjaan yang seharusnya diselesaikan. Hal tersebut dikarenakan suatu sebab dan ada yang tidak. Adapun penyebabnya ada yang karena tidak selaras dengan ketua perusahaannya, tidak cocok dengan teman kerja atau keluarganya. Ketika mereka datang kepadanya karena ada kebutuhan yang harus direalisasikan, dia tidak merespons dengan baik dan terus menunda. Bahkan terkadang diserahkan kepada orang lain. Gaji yang didapatkan dari hal tersebut tidak halal. Bukan harta yang baik. Orang tersebut seperti manusia yang memakan harta orang lain melalui cara yang batil, tak sesuai syariat. Padahal semampu apapun menyembunyikan sesuatu, Allah pasti mengetahui. Ketidaklarasan atau ketidakcocokan seseorang dengan yang lain bukan menjadi alasan untuk mengakhirkan pekerjaan, mengabaikan kewajiban dan menyia-nyiakan banyak waktu. 

Termasuk penyebab seseorang membuang-buang waktu dan berpaling dari kewajibannya yaitu mendahulukan kepentingan khusus atau kepentingan pribadi. Meskipun diisi dengan pekerjaan, akan tetapi hal tersebut dilakukan bukan pada waktunya. Sudah seharusnya kita mendahulukan kepentingan bersama dari pada diri-sendiri. Ketika seseorang lebih mengutamakan kepentingan pribadi, dia telah menghilangkan hak-hak masyarakat atau orang lain. Contoh di atas bisa kita sebut dengan "Pencuri Waktu" atau "Pencuri Bertopeng". Kenapa disebut pencuri? Karena mencuri tidak khusus pada harta ataupun benda. Namun waktu juga bagian darinya. Sudah jelas mereka mencuri banyak waktu kerja dan kemaslahatan bersama. Mereka sibuk dengan kepentingan pribadinya. Tak ada beda antara pencuri dengan mereka.

Corak manusia yang lain yaitu mereka yang tak bekerja dan mengabaikannya tanpa adanya sebab. Mereka hanya bermalas-malasan, mageran, selalu ingin istirahat, menggunakan waktu kerja dengan duduk santai sambil minum minuman, atau membaca koran, majalah, berbincang bersama teman kantor hanya untuk hiburan dan pada akhirnya waktu kerjanya dihabiskan dengan hal tersebut sampai tiba waktu pulang kerja.

Hal di atas merupakan contoh manusia yang zalim terhadap dirinya sendiri, temannya dan orang lain. Dia tidak menghadirkan Allah di dalam hatinya ketika bekerja dan tidak merasa bahwa Allah mengetahui upah yang didapat dari pekerjaannya. Bagaimana dia menghalalkan gaji kerja sedangkan dia tidak melaksanakan hal memang menjadi tugasnya? Islam sungguh menolak motif manusia yang seperti itu. Islam mengajak kita untuk memerangi sifat malas, lalai dan mendahulukan kepentingan pribadi.

Setelah penjabaran 3 macam orang yang membuang-buang waktu di atas, dapat kita ketahui penyakit yang ada di dalam jiwa mereka. Pertama, kelalaian. Kedua, mendahulukan kepentingan pribadi dan bertindak sewenang-wenang terhadap kepentingan bersama. Ketiga, kemalasan.

Jika kita mengamati ajaran Islam, kita akan mengetahui bahwa islam betul-betul memperingatkan agar memelihara diri dari 3 penyakit tersebut. Karena hal itu dapat membuang banyak waktu dengan sia-sia. Islam memerintahkan kita untuk menekuni suatu pekerjaan, jujur dan tulus dalam menjalani, serta meningkatkannya. Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya, "Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang dari kalian yang ketika bekerja dia menekuninya." Islam juga mengajak kita bekerja keras, beraktivitas dan memperelok pekerjaan kita. Semuanya akan mendapat balasannya masing-masing dan berada di bawah pengawasan-Nya. Allah Swt. berfirman:

 وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ . . . (سورة التوبة ٩:١٠٥)

 Artinya: "Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,..."


Karya : Dr. Umar Hasyim

Penerjemah: Ahmad Farhan Syaf

Oktober 15, 2022

,

 




Oleh: Afifuddin

Hadis merupakan sumber ke dua di dalam agama Islam setelah al-Qur’an, dan juga para ulama’ sering menyebut sumber kedua ini dengan Sunnah. Dalam segi bahasa Sunnah adalah sirah yang artinya adalah perilaku, baik ataupun buruk.¹  Adapun istilah sunnah menurut ulama’ hadis ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. Di antara ke dua sumber syari’at Islam ini (al-Quran dan Sunnah) mempunyai hubungan yang sangat kuat, sehingga umat Islam tidak bisa meninggalkan salah satunya. Sunnah merupakan suatu hal yang sangat strategis bagi umat Islam, ia (Sunnah) yang menjabarkan dasar-dasar ajaran Islam yang terdapat dalam sumber utamanya. Al-Qur’an memerlukan penjelasan dan rincian supaya dapat dilaksanankan, dan penjelasan serta rincian tersebut tertuang di dalam Sunnah.

Mereka adalah suatu kelompok dari umat Islam, yang mengingkari atau tidak butuh kepada Sunnah, dan mencukupkan al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber dalam syari’at Islam. Mereka juga sering menyebut dirinya dengan sebutan Al-qur’aniyyun. Rasulullah telah mewanti-wanti jauh sebelum 14 abad yang lalu akan adanya kelompok tersebut, dengan memberi tau kepada para sahabatnya bahwa akan muncul sebuah kelompok yang tidak percaya dan mengingkari sunnah.

Awal mula munculnya inkar Sunnah pada abad kedua (hijriah), dan Imam Syafi’i adalah orang pertama yang menghadapi mereka, dengan membantah syubhat-syubhat mereka di dalam kitabnya al-Umm.²  Tidak sedikit dari para ulama’ yang menulis sebuah kitab terkait pendapatnya tentang orang-orang yang mengingkari Sunnah, dan orang yang mencukupkan untuk kembali ke Al-Qur’an saja. Diantaranya; Imam Syatibi pada kitabnya Al-Muwafaqot fi usul As-syari’ah, dan begitu juga Imam Suyuti yang beliau beri nama kitabya Miftah al-Jannah fi Ihtijaji bi as-Sunnah, beliau membantah habis-habisan pendapat-pendapat nyeleneh ingkar Sunnah. Dari para ulama Azhar sendiri telah menjelaskan dan mengeluarkan pendapatnya tentang permasalahan ini, diantaranya; Dr. M Sayyid Tantawi mensifati setiap orang yang butuh kepada al-Qur’an saja dan mengenyampingkan Sunnah dengan sifat bodoh yang tidak tau akan agamanya, serta beliau juga menjelaskan bahwa Sunnah adalah ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya, adapun lafadznya dari Rasul akan tetapi ma’nanya wahyu dari Allah. Al-Imam al-Akbar Syekh Ahmad Toyyib berkata dalam permasalhan ini “ bermain-main terhadap sunnah dan meragukan atas kesuciannya, itu adalah permasalahan yang sejak dulu ada, dan tidak akan hilang selama agama ini tetap kokoh berdiri”.

Di anatara dalil mereka yang sering di jadikan hujjah, bahwa al-Qur’an telah menerangkan semua tentang syari’at ini secara terperinci, dengan berdasarkan nash al-Quran: 

ما فرطنا فى الكتاب من شيء

Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab.³

ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء

Dan Kami turunkan kitab (al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.⁴

Inkar Sunnah menyimpulkan dengan ke dua ayat di atas, bahwa al-Qur’an telah menjelaskan dan mencakup segala hal pada syari’at islam. Lalu apa gunanya masih butuh kepada Sunnah? Kalau seandainya Al-Qur’an masih butuh kepada penjelasan Sunnah, maka secara tidak langsung di dalam al-Qur’an terdapat kontradiksi sedangkan adanya kontradiksi pada al-Qur’an itu mustahil.  

Pemikiran seperti ini, tidak lain karena adanya kejahilan seperti yang telah disifati oleh para ulama kita. Sangat betul bahwa Al-Qur’an telah menjelaskan semua tentang syari’at ini, seperti halnya kaidah-kaidah hukum dan pondasi syari’at, namun al-Quran sendiri menjelaskan sebagiannya saja, dan meninggalkan sebagiannya yang lain untuk Rasulullah jelaskan kepada ummatnya, Allah berfirman :

وأنزلنا اليك الذكر لتبين للناس ما نزل اليهم ولعلهم يتفكرون

Dan Kami turunkan ad-Zikr (al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

Dari ayat ini bahwa Rasulullah diperintah langsung oleh Allah, untuk menjelaskan kepada umat Islam apa-apa yang ada di dalam al-Qur’an, maka sangat tidak masuk akal dengan orang-orang yang hanya mencukupkan kepada al-Qur’an, dan inkar terhadap Sunnah, sedangkan salah satu fungsi dari pada Sunnah adalah menerangkan dan menjelaskan yang ringkas (mujmal) di dalam al-Qur’an. Seperti halnya Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk mendirikan shalat, sedangkan al-Qur’an sama sekali tidak menjelaskan jumlah waktu solat siang dan malam, dan berapa jumlah raka’at pada setiap shalat, serta  bacaan apa yang harus dibaca ketika shalat. Semua itu Sunnahlah yang menjelaskan semuanya.  Begitu juga tentang permasalahan zakat, haji dan ibadah serta hukum-hukum pada syari’at ini.

Dengan syubhat ini secara tidak langsung, mereka (Inkar Sunnah) ingin membutakan umat Islam pada hakikat al-Qur’an, sebab tidak sempurna syari’at Islam tanpa adanya penjelasan dari Sunnah. Seringkali ada permasalahan halal dan haram, perintah dan larangan di dalam Sunnah, yang mana al-Qur’an tidak menyebutkan hal tersebut, dan ketika umat Islam sudah buta, atas perintah apa yang dimaksud oleh Allah dalam sumber utamanya (al-Qur’an), di saat itu juga umat Islam akan meninggalkan al-Qur’an. Mereka (inkar Sunnah) pada hakikatnya tidak percaya kepada al-Qur’an, dan tujuannya adalah ingin menghancurkan Islam dengan mempelajari al-Qur’an dan Sunnah, padahal mereka tidak iman kepada dua sumber syari’at Islam tersebut.

Kita sebagai umat Islam sangatlah butuh kehati-hatian  dalam menjaga syari’at ini, sebagaimana para ulama telah menjaga utuh apa yang di sampaikan oleh Rasulullah. Guru merupakan peran penting untuk menentukan karakter individu seorang muslim, untuk membentengi dari paham-paham nyeleneh seperti halnya paham syi’ah, wahabi dan paham ingkar sunnah, Imam Ibnu Sirin berkata: “Ilmu ini adalah sebagian dari agama, maka lihatlah (perhatikanlah) dari siapa kalian memperoleh ilmu agama.” Wallahu a’lam....

Refrensi : 


¹ Al-Maliki, Sayyid Muhammad. “Kitabu al-Minha al-Latif” hal 9.

² Lihat buku Subhat haula al-Hadis (diktat kuliah tk2) hal 14.

³ Surat al-An’am, ayat 38.

⁴ Surat an-Nahl, ayat 89

Oktober 11, 2022

,

 


         Safinah, seorang budak wanita yang pernah mengabdikan dirinya pada keluarga Rasulullah. Ia membantu pekerjaan rumah, dari menumbuk gandum, membuat roti, memasak dan lain sebagainya. Meski berstatus budak, ia dianggap seperti keluarga sendiri. Karena itulah Safinah bahagia dapat melayani Rasulullah dan keluarganya. Bahkan meski ia telah dibebaskan Rasulullah dari statusnya sebagai budak, Safinah enggan dikenal orang kecuali sebagai budak Rasulullah. Ia mengenalkan dirinya sebagai Safinah maula Rasulullah, yakni bekas budak Rasulullah. Kemana pun Safinah pergi, ia selalu menyebut dirinya maula Rasulullah dengan bangga.


        Suatu hari, Safinah pergi ke kawasan pantai. Ia kemudian menumpang sebuah perahu. Diarunginya lautan tanpa menduga sebuah bencana ada di hadapannya. Tiba-tiba perahu yang ditumpanginya pecah terhempas ombak. Penumpangnya berhamburan ke lautan. Ada yang tenggelam, ada yang selamat. Safinah adalah salah satu penumpang yang selamat. Saat perahu yang ditumpanginya pecah, Safinah sempat tenggelam. Namun dengan cekatan ia segera mengambil salah satu papan perahu yang pecah tersebut. Ia pun terapung-apung di atas papan kayu itu seorang diri, Safinah terapung di lautan. Ia hanya bisa pasrah mengikuti ke mana ombak akan membawanya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya bertawakkal. Lalu tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Ombak di lautan menjadi sangat ganas. Tubuh Safinah terpelanting mengikuti arah angin. Tak terbayangkan bagaimana wanita itu bertahan hidup seorang diri di tengah lautan. Allah lah yang Maha Menyelamatkan. Ternyata angin itu justru membawa tubuh Safinah ke daratan. Safinah mendarat di sebuah pulau yang berisi hutan belantara. Ia pun memasuki hutan itu dengan keberaniannya. Safinah merasa aman berada di dalam hutan. Ia tak lagi terombang-ambing di lautan. Ia terus menelusuri hutan itu mencari jalan keluar. Berharap ada sebuah kampung di balik hutan belantara yang lebat itu. Namun Safinah terus berjalan dan berjalan. Ia tersesat tak menemukan jalan keluar. Alih-alih keluar dari hutan, Safinah justru bertemu dengan seekor singa. Sang raja hutan menghampiri Safinah hendak menerkam. Namun Safinah ternyata sosok wanita yang sangat pemberani. Ia tahu semua hewan adalah hamba Allah dan menghormati Rasulullah. Ia pun menyeru kepada Abu Haris, julukan bangsa Arab untuk si raja hutan.

“Wahai Abu Haris, aku ini maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” kata Safinah.

Ternyata singa itu mengerti ucapan Safinah. Ia mengangguk-angguk lalu menahan diri dari menerkam Safinah. Namun singa itu tetap mendekat, bukan untuk melahap Safinah, melainkan ingin mengantar sang maula Rasulullah. Dengan bahunya, singa itu mendorong-dorong tubuh Safinah. Ia ingin Safinah melalui suatu jalan yang ternyata adalah jalan keluar dari hutan. Singa itu mengantar Safinah hingga ke pinggir sebuah jalan menuju pemukiman.


         Setelah mengantar Safinah, singa itu pun mengaum lalu kembali memasuki hutan. Safinah memaknai auman itu sebagai ucapan selamat tinggal dari si singa. Safinah begitu takjub, senang, sekaligus bersyukur atas kekuasaan dan rahmat Allah. Safinah pun selamat dari perjalanan yang sangat melelahkan lagi membahayakan itu. saat kembali, ia senang mengisahkan pengalaman ajaibnya. Yakni pengalaman diselamatkan singa karena statusnya sebagai maula Rasulullah. Bahkan seekor singa pun menghormati dan menyayangi Rasulullah, keluarganya, shahabatnya, bahkan maulanya.


Berikut cerita dari lisan Safinah yang termaktub dalam Kitab Al Isti’ab. 

“Ketika itu, aku menumpang perahu, tak kusangka perahuku pecah. Aku menyelamatkan diri dengan menaiki salah satu papan perahu itu. Tiba-tiba, angin kencang melemparkanku hingga aku berada dalam hutan yang dihuni seekor singa. Singa tersebut menghampiriku, maka aku berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Haris, aku ini maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kepalanya mengangguk. Dia mendekatiku lalu mendorong-dorongku dengan bahunya hingga keluar hutan. Aku diantarkan sampai ke pinggir sebuah jalan. Setelah itu, singa tersebut mengaum. Sepengetahuanku, ia mengucapkan selamat tinggal. Demikianlah akhir pertemuanku dengan seekor singa.”

Dari kisah ini Imam Syarofuddin Abu Abdillah Muhammad Bin Sa’id Al-Bushiri, atau yang masyhur dengan sebutan Imam Bushiri bersya’ir dalam kitab burdahnya, yang berbunyi:


             إن تلقه الأسد في آجامها تجم   ومن تكن برسول الله نصرته     ***                

“ barang siapa yang menolong rasulullah dalam berperang melawan musuh-musuhnya (orang-orang kafir), maka jika seandainya dia bertemu dengan segerombolan singa di tengah hutan belantara, niscaya singa-singa itu akan terdiam, sedikitpun tak akan bergerak karena merasakan rasa takut yang luar biasa kepadanya.”


Betapa dahsyatnya wibawa Rasulullah yang mengalir kepada siapapun orang yang mau menolong dalam perjuangannya.


Namun Imam Al-Bajuri menyebutkan dalam syarah kitab Burdah Al-Bushiri miliknya:

Sesungguhnya tidak bisa disebut sebagai orang yang menolong Rasulullah kecuali dengan mengikuti sunnah-sunnahnya dan meninggalkan sesuatu yang tidak sesuai dengan syari’atnya; yakni dengan bertaqwa kepada Allah Swt. Adapun pendorong manusia untuk bisa bertaqwa adalah adanya rasa takut kepada Allah Swt. dan barang siapa takut kepada Allah, maka setiap sesuatu akan takut kepadanya. sampai singa-singa yang ada ditengah hutan belantara juga akan takut kepadanya. Maka barang siapa telah sampai pada derajat ini, maka hati musuh-musuh seketika akan kosong disebabkan rasa takut ketika berjupa dengannya, dan juga dia akan selamat dari musuh-musuhnya.

Semoga kita semua selalu diberikan taufiq dan hidayah oleh Allah, sehingga bisa selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya amin.


Zainal Abidin Jailani

Jum’at 23 september 2022

Darb el-Ahmar Cairo

Oktober 01, 2022

,


 

Sholawat bisa mengantarkan kita ke surga? emang benar ya berkah dari sholawat sedahsyat itu?. Nah mari kita bahas bersama kedahsyatan dari sholawat sendiri yang mungkin sudah sering kita lupain, atau mungkin ada beberapa dari kita yang pura-pura lupa.

Sholawat sendiri merupakan pujian kita kepada Nabi Saw, bentuk hormat kita kepada Nabi Muhammad Saw. selaku utusan dan mahluk yang paling dicintai Allah Swt.

Teman-teman tau gak sih ? Sholawat bukan sekedar ibadah sepele yang dengan mudahnya kita meninggalkan sholawat sembari berdalih "banyak amal ibadah lain yang lebih sempurna dari pada sholawat".

Sholawat merupakan amal ibadah yang paling mudah, namun bukan berarti sholawat adalah ibadah yang murah, jika kita kaji kembali sebenarnya sholawat merupakan amal ibadah yang paling mudah mengantarkan kita ke jannah, mengapa demikian? Sholat kita belum tentu diterima Allah, taubat kita masih perlu dipertanyakan maqbul tidaknya, puasa kita masih teramang-amang, namun sholawat satu-satunya ibadah yang pasti diterima Allah Swt. kenapa? Karena sholawat itu ada Nabi Muhammad Saw, serta merupakan doa kepada Allah Swt, untuk Nabi Muhammad Saw.

Sebagaimana perkataan Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani: "adimi sholata ala nabiyyi Muhammadin, faqobuluha hatmun biduni taroddudi".

Sudah terbukti bukan bahwa dengan bersholawat kita bisa melakukan amal ibadah secara praktis, tanpa harus meluangkan banyak energi, meluangkan uang dan dahsyatnya lagi kemaqbulannya sudah pasti. Namun, masih banyak dari teman teman yang sudah mengetahui the power of sholawat tapi tetap saja jarang bersholawat, bukan karena mereka tidak ingin melakukannya atau tidak memiliki waktu luang untuk bersholawat. Pada nyatanya semua pemikiran tersebut tercipta karena kurang kemauan untuk bersholawat.

Ibaratnya nih ya, kita diundang mengikuti kajian pada jam 14.00, di pihak lain kita juga diharap untuk berpartisipasi melakukan pertandingan futsal pada jam yang sama, saat inilah adalah penentu, apakah kita lebih memprioritaskan kajian atau futsal ? Kalau kita benar-benar memprioritaskan kajian pasti kita akan bersedia untuk menolak pertandingan futsal yang diadakan pada waktu yang sama.

Begitu pula ketika kita tengah beraktifitas, jika kita benar-benar memiliki minat yang besar untuk bersholawat pasti kita sempat untuk melakukannya, lagi pula sholawat bukan sebuah aktifitas yang berat, sehingga kita harus meninggalkan aktifitas yang lain untuk bersholawat. Bisa saja kita tengah bermain bola sambil bersholawat, memasak sembari dua tiga kali melantunkan sholawat atau bahkan menulis sambil bersholawat. Semua tergantung bagaimana cara kita memprioritaskan sholawat.

Dengan demikian kita mampu membiasakan diri untuk terus beribadah. namun, ternyata permasalahannya tidak cukup sampai di situ, karna tugas kita bukan sekedar bersholawat sekali dua kali dalam setahun, tugas kita sebenarnya yaitu membiasakan diri untuk terus bersholawat (Istiqomah).

Agar bisa Istiqomah dalam menjalaninya tentu saja banyak jalan yang harus kita lewati, cara sederhananya dimulai dari me-mu-lai, jika langkah pertama sudah terpenuhi maka langkah kedua yaitu membiasakan, pasti banyak rintangan tersendiri yang akan kita hadapi, seperti rasa malas, bosan dan banyak kegiatan lain yang membuat kita berhenti bersholawat.

Jika kita sudah mampu membiasakan diri bersholawat maka lanjutkan agar sholawat yang sudah kita lantunkan setiap harinya, bisa menjadi sebuah hobi yang nantinya berkarakter di dalam diri kita. Sama halnya ketika kita sudah terbiasa makan tiga kali sehari maka ganjal rasanya ketika kita hanya makan dua kali sehari, hal itu bisa terjadi karna kebiasaan yang kita jalani mulai tertanam di dalam diri dan menjadi sebuah karakter.

Secara sederhana, Allah dan malaikat saja bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw, bagaimana dengan kita ? Yang hanya sekedar mahluk lemah dan penuh salah sebagaimana tertulis di dalam surah Al-Ahzab 56 : "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". 

Teman-teman, indah bukan ketika kita mampu bersholawat setiap saat, apalagi jika kita mampu melafalkannya sebanyak 1000 kali perhari, pasti hati dan jiwa kita terasa tentram.


Oleh: Khatibul Khairi al-Azizi

 02 Mei 2022

September 26, 2022

,

 



Refrensi: Kitab Ta’arrof ‘ala Habibikal Musthofa Saw. Hal. 51-53. Karya Syekh Mutawalli Asy-Sya’rowi

Penerjemah: Zainal Abidin Jailani

Darbul Ahmar, Cairo, 11 Juli 2022 M.

Dan ketika ada orang mengatakan: Bahwasannya pengetahuan Nabi itu merupakan kejeniusan yang boleh jadi tampak pada seorang hamba dari beberapa hamba Allah, kendatipun dia tidak pernah belajar dan membaca.

Maka saya jawab: Kejeniusan yang macam apa ini ? yang mana kejeniusan ini tampak tiba-tiba pada saat umur empat puluh tahun. Sedangkan kejeniusan dan keistimewaan itu biasanya tampak pada usia muda dan tidak menunggu sampai semacam umur empat puluh tahun ini. Maka ketika di katakan: boleh jadi kejeniusan dan keistimewaan itu tampak pada usia muda, namun kemudian disimpan oleh Rasulullah sampai umur beliau mencapai empat puluh tahun. Maka saya jawab: Siapa yang memberi tahu Nabi Muhammad Saw. bahwasannya dia akan hidup sampai umur empat puluh tahun ? Sedangkan dia melihat ayahnya telah meninggal sebelum dia dilahirkan, dan ibunya meninggal ketika dia masih kanak-kanak, kemudian dia tumbuh besar dalam keadaan yatim piatu. Maka setiap peluang hidupnya, bahwasannya kematian itu bisa merenggut manusia pada saat usia muda, sebagaimana telah merenggut ayah dan ibunya. Maka apakah Nabi itu menyimpan kejeniusannya hingga sampai umur empat puluh tahun ? Andai kata bahwa ayah dan ibu Nabi itu merupakan manusia yang paling membela dan besar pengaruhnya dalam hidup Nabi, maka niscaya mereka akan tetap hidup sampai umur enam puluh atau empat puluh tahun. Maka pastinya saya akan menjawab bahwasannya hal itu merupakan peluang Nabi bisa hidup sebagaimana kedua orang tuanya hidup. Namun kematian dini ini selamanya tidak menghilangkan rasa percaya diri Nabi bahwasannya dia akan bisa hidup mencapai umur empat puluh tahun.

Dan begitu juga sifat ummi ini menjadi kemuliaan bagi Rasulullah Saw. dan menjadi keharusan untuk menolak pengakuan orang-orang yang berkata bathil, dan juga menjadi sesuatu yang meyakinkan hati orang-orang yang beriman. karena sesungguhnya setiap sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah itu tiada lain  adalah wahyu yang turun dari Allah Swt.

Dan sifat Iradat Allah telah menghendaki Nabi Muhammad untuk tumbuh besar dalam keadaan yatim, Sehingga tidak bisa dikatakan bahwasannya dia mempergunakan kekuasaan ayahnya, atau bersandar pada kekuasaan selain kekuasaan Allah. Dan dia juga merupakan seorang bayi, dan ibunya akan menyusukannya kepada orang yang mengambil jasa menyusui, sehingga dia tumbuh di sebuah desa di pedalaman sebagai anak yang kuat. dan akan datang sekelompok perempuan dari desa pedalaman untuk memilih bayi yang akan mereka susui, dan mereka akan memilih bayi yang masih memiliki ayah, sekiranya bisa memberikan suatu pemberian sebagai upah bagi mereka. 

Saya temui bahwasannya tidak ada satupun dari orang perempuan kecuali Rasulullah diajukan kepadanya untuk disusui. kemudian ketika diucapakan kepadanya bahwasannya Nabi adalah anak yang telah yatim, maka mereka menolak untuk mengabilnya. karena sesungguhnya setiap satu persatu dari mereka menginginkan harta dari ayah bayi yang mereka susui. Maka ketika dia tahu bahwasannya Nabi adalah bayi yang telah yatim, maka dia langsung berpaling dari Nabi. Kecuali hanya satu wanita saja, yaitu Halimah As-Sa’diyah yang mana dia termasuk sebagian dari kelompok wanita yang menjadi juru menyusui, namun dia tidak menemukan bayi untuk dia susui. Dan ketika dia mengetahui bahwasannya dirinya adalah satu-satunya perempuan yang tidak berhasil untuk mendapatkan bayi untuk dia susui, Maka dia berkata: Demi Allah ! Sesungguhnya aku tidak suka jika diantara sahabat-sahabatku, hanya aku sendirilah yang kembali dengan tanpa membawa bayi untuk aku susui. Demi Allah ! Sungguh aku akan pergi ke anak yatim itu dan sungguh aku akan mengambilnya, semoga Allah mejadikan keberkahan bagiku sebab anak yatim itu. Dan Halimah berkata: Dan tidaklah mendorongku untuk mengambilnya kecuali dikarenakan tidak adanya bayi lain yang akan aku susui. 

Halimah mengambil bayi yang telah yatim, kemudian rumahnya menjadi penuh dengan berkah sebab hadirnya anak yatim tersebut, dan hewan ternaknya pun menemukan rerumputan, kemudian memakannya dan menjadi besar dan gemuk. Sedangkan hewan ternak orang lain semuanya tidak ada yang menemukan rerumputan sama sekali di bumi Bani Sa’ad yang gersang. Dan kambing-kambing Halimah ketika itu bisa menghasilkan susu yang berlimpah dari hasil perahannya, sedangkan kambing-kambing orang lain, setetes pun tidak menghasilkan susu dari perahannya. Sehingga semua orang pada zaman itu sama-sama berkata kepada pengembala suruhannya; Mengembalalah kalian di suatu tempat, yang mana kambing Halimah digembalakan di sana.

September 17, 2022

,

 



Refrensi: Kitab Ta’arrof ‘ala Habibikal Musthofa Saw. Hal. 51-53. Karya Syekh Mutawalli Asy-Sya’rowi

Penerjemah: Zainal Abidin Jailani

Darbul Ahmar, Cairo, 11 Juli 2022 M.


Karena apa Allah Swt. memilih Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi-Nya ? Padahal dia adalah orang yang ummi.

Imam Asy-Sya’rowi Ra. berkata:

Sebelum menurunkan wahyu kepada Rasulullah Saw., Allah Swt. menjauhkan setiap sifat syubhat basyariyah (keserupaan dengan manusia) dari diri Rasulullah Saw. yakni semisal seperti contoh bahwasannya wahyu yang akan diterima oleh Nabi Muhammad Saw. kemungkinan adalah ilmu yang manusiawi, baik itu berupa budaya ummat-ummat yang terdahulu atau mungkin ilmu yang dibaca dari kitab-kitab dan sebagainya.

Oleh karena itu, Allah Swt. memilih Nabi-Nya (Nabi Muhammad Saw) yang ummi. Makna ummi sendiri adalah: keberadaannya yaitu sebagaimana dia dilahirkan oleh ibunya (tidak belajar ilmu dari manusia). Dan sifat Ummi ini merupakan kemuliaan bagi Rasulullah Saw. kenapa demikian? Alasannnya yaitu karena Allah Swt. yang mana telah memilihnya sebagai akhir dari para utusan-Nya ingin mengajarinya dengan dzat-Nya sendiri, dan Allah Swt. menginginkan agar Rasulullah Saw. tidaklah mempelajari ilmu melainkan ilmu samawi (ilmu dari Allah Swt.). Oleh karena itu Allah Swt. menjadikannya sebagai orang yang ummi, dan hal itu juga merupakan indahnya pengaturan Allah Swt dalam mengutus Nabi Muhammad Saw.

Maka jika seandainya Rasulullah Saw itu bisa membaca dan menulis, maka orang-orang kafir pada masa itu pasti akan berkata bahwasannya Nabi mengambil ilmu (wahyu) dari apa yang telah dia baca, atau mengambil ilmu dari kitab-kitab orang terdahulu atau dari budaya-budaya ummat pada masa itu. Oleh karena itu, Allah Swt. menjadikannya tumbuh besar sebagai orang yang ummi, sehingga semua orang akan tau bahwasannya semua ilmu yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. adalah ilmu yang datang dari langit. Hanya saja pemilihan Allah Swt. beserta hikmah yang terkandung di dalamnya ini telah dilupakan oleh orang-orang kafir, dan mereka mengakui bahwasannya Rasulullah Saw. itu diajari oleh sesama manusia. dan juga mereka mengakui bahwasannya Rasulullah mendapat ilmu tersebut dari mitos yang dibuat oleh orang-orang terdahulu.

Maka Allah Swt menolak pengakuan (perkataan) mereka, dan menyebutkan mukjizat keummian yang dimiliki oleh Rasulullah Saw melalui firman-Nya. Allah Swt berfirman:

وَمَا كُنْتَ تَتْلُوْ مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِيْنِكَ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُوْنَ

Artinya: Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab sebelum (Al-Qur’an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; Sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya. (QS. Al ‘Ankabut: Ayat 48)

Jadi Allah Swt. memalingkan semua sifat basyariyah dari Nabi Muhammad, sehingga Allah Swt menjadikannya sebagai orang yang ummi, sehingga dengannya Allah menolak atas pengakuan orang-orang yang berkata bathil dan yang memusuhi keimanan, yang mana mereka  berkata bahwasannya Rasulullah Saw mendapatkan Al-Qur’an dari hasil belajarnya sendiri. Oleh karena itu Allah Swt berkata pada Rasulullah: Jika seandainya engkau pernah membaca atau menulis sebelum datangnya nubuwah kepadamu, maka itu bisa menjadi hujah (dalil) bagi mereka orang-orang yang berkata bathil untuk mengatakan bahwasannya Al-Qur’an ini adalah sesuatu yang dihasilkan oleh dirimu sendiri. Tapi kenyataannya engkau tidak pernah membaca dan menulis, dan engkau tidak pernah membaca dan menulis satu kalimat pun dalam hidupmu sebelum datangnya Risalah. Jadi hujah-hujah yang mereka lontarkan, itu semuanya bathil dan tidak ada sanadnya, baik secara hak atau hakikat. Bahkan tak lain itu hanyalah bentuk penentangan karena ketidakimanan mereka, dan juga sebagai hujah bagi kekufuran mereka. Adapun hujah mereka itu di tolak. Dan dalam hal itu Allah berfirman kepada Nabi-Nya untuk menolak pengakuan-pengakuan mereka (orang orang ahli bathil):

قُلْ لَّوْ شَاءَ اللهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَىكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيْكُمْ عُمْرًا مِّنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu”. Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya (sebelum turun Al-Qur’an). Apakah kamu tidak mengerti? (QS.Yunus: Ayat 16).

Dan begitu juga Allah juga menuntut kepada Rasulullah untuk menolak pengakuan mereka dan berkata; Bahwasannya dia telah hidup bersama mereka selama 40 tahun (yakni waktu yang lama), dan tidak pernah berkata kepada mereka bahwasannya dia telah diberi wahyu. Jika seandainya mereka mau berfikir dengan akal mereka tentang seberapa lama masa Rasulullah hidup bersama mereka sebelum diberi wahyu, dan mereka tidak mengaku-ngaku perkataan bathil apapun, maka hal itu sudah cukup bagi mereka untuk bisa membenarkan Rasulullah Saw.

September 10, 2022

,

 


Karya : Dr. Nadhir Muhammad ‘Iyyadh

Diterjemahkan oleh : Samlan As-Sholeh

 

Apakah sebuah pertanyaan yang sudah jelas itu tidak butuh jawaban karena sudah jelas maksudnya?

Ketika ketika kita sudah mengamalkan dakwah Sayyidina Muhammad Saw. maka pasti akan menemukan kebaikan, menemukan undang-undang yang tepat dan akhlak yang baik karena semuanya memang tujuan yang mulia yang dapat berdiri dengan tegak, nilai-nilai yang benar dan pengaruh yang baik. Ada sebuah pondasi agama yang harus ditegakkan yang terdiri dari tiga akar: Pertama akidah, syariat, dan akhlak. Dan ketiganya merupakan sebuah hakikat agama, intisari adanya agama dan petunjuk dalam mengaplikasikan. Ketiganya merupakan pusat hukum agama dan topik hukumnya, dan semua itu merupakan tujuan dalam beragama, buah dari agama dan petunjuk dari agama. Hakikat agama adalah : sesuatu yang membahas tentang ketuhanan yang membawa kepada kebenaran dalam berkeyakinan dan juga membahas tentang kebaikan yang dijadika solusi hidup dan bentuk pengamalan.

Dan yang di atas merupakan tujuan para nabi, mulai dari Adam As. sampai Nabi Muhammad Saw. mereka para nabi mengajak dengan kebaikan dan supaya berbuat baik dengan manhaj-manhaj yang tidak ada tambahan dan pula tidak dikurangi, dan manhaj itu beda dengan agama lain, yang mana manhaj itu memang datangnya dari Allah kepada makhluk-Nya untuk berbuat baik, dan Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu. Allah Swt. berfirman dalam kitab suci-Nya: “Apakah ALLAH yang menciptakan itu tidak mengatahui { yang kamu lahirkan atau rahasikan}; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui” { Al-Mulk 67:14}. Bahwa Allah adalah mengetahui terhadap manusia yang berbuat baik dan yang mengajak kebaikan, dan ini merupakan misi para  Nabi dan para Rasul yaitu menyampaikan kebaikan baik dalam  keyakinannya dan adab, atau dalam masalah perseoarangan dan kemaslahatan bersama. Dan para Nabi memulai kebaikan dengan cara yang tertib, yaitu dimulai dengan masalah ketuhanan (akidah) dan kemudian dilanjutkan dengan yang lain.

Allah Swt. mengutus Nabi dengan benteng dan penawar baginya, yaitu dengan aqidah, hukum syariat mulai dari ibadah dan muamlah, baik muamalah dengan tuhannya dan muamalah dengan makhluk, dan Allah Swt. mengutus nabi-Nya dengan memperbaiki akhlak yang sesuai dengan keadaan dan tempatnya walaupun berakhlak dengan diri sendiri atau dengan keluarganya.

Keutamaan risalah terakhir yaitu mengedepankan akhlak, baik dalam akhlak menyuruh kebaikan, mencegah keburukan, akhlak yang berhubungan dengan kebenaran yang harus sesuai dengan zaman dan tempatnya, menjaga terhadap perbedaan-perbedaan manusia, menjaga terhadap hak-hak manusia, membedakan antara keinginan dan kemauan, dan menyarankan supaya aman dan tetap bersatu untuk tanah air dan kenegaraan yang adil, dan juga supaya membentuk sebuah kota yang yaitu melalui dengan kesepakatan dan kejadian bukan hanya dengan menghayal.

Bagaimana caranya kita mengatahui bahwa itu adalah sebuah kebaikan yang datangnya dari Allah Swt ? Yaitu dengan menghukumi sesutu dengan adanya petunjuk dan bukti bahwa itu datangnya dari Allah, yaitu dengan cara melalui ijtihad atau sesuatu tersebut sudah didakwahkan oleh Nabi.

Sesuatu yang terkandung dalam risalah kenabian tidak akan keluar dari kebenaran. Coba kita lihat dakwah Nabi Muhammad Saw. Atau sesuatu yang datangnya dari Allah Swt. mulai dari yang berbicara tentang akidah, muamalah dan sebuah adab, dan itu merupakan sebuah kebenaran dan kebaikan dan bukan sesuatu yang tercela. Coba bandingkan antara kehidupan manusia sebelum diutusnya Nabi dan sesudah diutusnya Nabi; Syaikh Muhammad Abduh berkata:

”Apakah kamu merenungkan bagaimana dia bisa mengajak kepada seluruh manusia dan jin untuk mentauhidkan dan meyakinkan bahwa Allah Swt lah yang patut di sembah sedengkan dia hanya seorang diri dan pada waktu itu masih sangat mengakar tentang penyembahan nenek moyang mereka (berhala) dan mereka masih tenggelam dalam pemahaman tidak adanya tuhan (ateisme) dan kaum zindiq? dan dia menyeru untuk meninggalkan dan membuang terhadap sesembahannya dan membenamkan sesuatu yang menyerupai terhadap antara  ilmu ketuhanan yang suci dan jasadnya yang suci dalam keserupaannya. Dia mengajak untuk menyembah terhadap satu tuhan dan menolak terhadap segala sesuatu yang terwujud adanya.’’

Rasulullah Saw. mengajak kepada pemimpin kaum atau para raja untuk merendahkan diri terhadap  yang menciptkan langit dan bumi, dan yang menguasai ruh-ruh mereka yang berada dalam jasadnya. Dan dia memperlakukan terhadap orang yang menganut terhadap derajat yang pertengahan antara hamba dan rob, dan Rasulullah menjelaskan kepada meraka dengan bukti, dan dia mengungkapkan terhadap mereka dengan menggunakan cahaya wahyu, bahwa orang yang paling besar diantara mereka dihadapan Allah  bagaikan yang paling rendah dari mereka, dia menuntut terhadap meraka untuk turun kepada tempat tangga yang paling bawah dari hamba dan juga sama di hadapan Allah seperti manusia manusia yang lain yaitu meminta pertolongan kepada satu tuhan yaitu tuhannya para manusia dan seisinya dan mengajak kepada mereka untuk menyadari bahwa salah satu dari mereka tidak ada yang lebih tahu atau yang lebih utama.

Juli 28, 2022

,

 



Karya: Dr. Ilham Syahin

Diterjemahkan oleh: Abdullah Faqih

 

Kemudian datanglah Sunnah-sunnah Nabi yang suci, untuk menegaskan kepada kita apa yang telah ditetapkan dalam Al-Quran, dan menjelaskan kepada kita sesuatu yang tidak tampak, yaitu martabat dan kedudukan wanita-wanita salehah baik di dunia maupun di akhirat. Dan menyebutkan kepada kita, di antara mereka yaitu: Khadijah, Fatimah, dan Aisyah.

              فعن أبي موسى الأشعري قال: قال رسول الله :"كمل من الرجال كثير، ولم يكمل من النساء إلا مريم، وآسية امرأة فرعون، وخديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد". وعن النبي ﷺ قال: "كمل من الرجال كثير ولم يكمل من النساء إلا مريم بنت عمران وآسية امرأة فرعون، وفضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام"

              Artinya: Dan diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: "Banyak laki-laki yang sempurna, dan tidak ada perempuan yang sempurna kecuali Maryam, Asiah istri Firaun, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad". Dan juga diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: "Banyak laki-laki yang sempurna, dan tidak ada wanita yang sempurna kecuali Maryam binti Imran dan Asiah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah di antara wanita-wanita lainnya, seperti halnya keutamaan bubur di antara makanan lainnya."

              Adapun Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad Saw., Nabi telah menerangkan keutamaannya, beliau bersabda:

"قد آمنت بي إذ كفر بي الناس، وصدقتني إذ كذبني الناس، وواستني بمالها إذ حرمني الناس، ورزقني الله عن ولدها إذ حرمني أولاد النساء"

Artinya: "Dia beriman kepadaku saat orang-orang mengingkariku. Dan dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dia mendukungku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberikan sesuatu padaku. Dan Allah menganugerahiku anak darinya, berbeda dengan istri-istriku yang lain."

              Kemudian menjelaskan apa yang mereka miliki, berupa karakter yang kuat, kemauan, kecerdasan dan jiwa yang murni. Adapun Fatimah binti Nabi Muhammad Saw. Ia telah menanggung dan mengalami kesulitan dakwah semasa hidupnya bersama ayahnya, dan juga memiliki kesabaran dan keridaan saat menanggung sakitnya berpisah dengan Nabi Setelah wafat beliau. Tidak ada wanita-wanita di dunia yang mengalami musibah seperti yang dialaminya, akan tetapi dia tetap bersabar. Oleh karena itu balasannya dia dijadikan di antara wanita-wanta yang mulia di surga.

Kemudian Al-Quran menetapkan ayat ayat yang jelas untuk menghilangkan tuduhan atau kontroversi yang muncul tentang Sayyidah Aisyah dalam حادث الإفك (cerita bohong). Allah SWT. berfiman:

"إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُم مَّا ٱكْتَسَبَ مِنَ ٱلْإِثْمِ ۚ وَٱلَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ"

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar." (An Nuur 24:11)

              Dan juga menetapkan haddul qodaf bagi sesorang yang menuduh wanita dengan apa yang tidak dilakukannya. Allah Swt. berfirman sebagai peringatan dan penolakan dari perbuatan-perbuatan keji dan perkataan-perkatan buruk tentang perempuan:

"وَتَحْسَبُونَهُۥ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٌ"

Artinya: "dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar". (An Nuur 24:15)

              Terlepas dari apa yang disajikan Islam dalam mengoreksi kesalahpahaman yang ada sebelumnya tentang wanita pada umumnya, dan terlepas dari apa yang disajikan berupa contoh realistis wanita salehah sebagai contoh yang ada, terkenal dan suci dan dalam sejarah. Namun ada filsuf Barat seperti filsuf Jerman Nietzsche dalam bukunya Beginilah Cara Zoroaster Berbicara dan Schopenhauer dalam lima ucapannya.

              Ide-ide dan ucapan-ucapan mereka terus menyebarkan pemahaman-pemahaman inferior yang meremehkan perempuan, dan mengulangi ucapan-ucapan tentang perempuan yang lebih buruk daripada yang diucapkan oleh masyarakat pra-Islam dan pra-sejarah. Islam dengan kitabnya yang agung dan sunnah-sunnah nabinya terus menolak kontroversi, tuduhan, dan kebohongan tentang wanita dan memberikan mereka hak untuk kehidupan yang bermartabat.

 

Juli 18, 2022

,

 

Banyak sekali kontroversi dan kesalahpahaman tentang wanita dalam pandangan manusia. Dan ketika Islam datang, Islam mengoreksi banyak pemikiran-pemikiran dan pandangan yang salah tersebut, seperti halnya Islam menolak syubuhat. Akan tetapi, tanpa menyinggung orang-orang yang mengatakan atau membawakannya.

Dan di antara pemikiran-pemikiran yang menyebar dan masyhur tentang wanita, bahwasanya mereka adalah akar dari setiap keburukan dan dibalik setiap kesalahan. Seperti halnya pemikiran yang mendominasi tentang inferioritas (sifat rendah diri) wanita menurut para filsuf besar seperti Sokrates, Aristoteles, dan Plato. Mereka mengadopsi sikap negatif dan mungkin terkadang bertentangan dengan wanita. Sokrates mendeskripsikan wanita bahwa mereka hanya pantas untuk melahirkan dan menganggap bahwa mereka adalah makhluk buruk yang dihasilkan oleh alam. Sehingga tidak mungkin, mereka menjalankan kebaikan moral seperti para lelaki dan mereka dianggap seperti pohon beracun yang luarnya indah, akan tetapi burung-burung mati ketika memakannya. Adapun di antara perkataannya yang terkenal adalah: "Wanita adalah sumber setiap keburukan".

Adapun Aristoteles, dia setuju dengan pendapat Sokrates bahwa wanita hanyalah benda atau wadah yang dapat merawat janin dan memberinya makan saja. Dan dalam pandangannya, wanita memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada laki-laki secara tabiat dan di anggap lebih mirip dengan anak kecil atau binatang. Bahkan, Plato yang di kenal dengan tuntutannya untuk memperbaiki status wanita dan pandangan terhadap mereka, dia memiliki pandangan bahwa wanita lebih rendah daripada pria, baik dalam akal ataupun keutamaannya.

Wanita  juga dituduh bahwa mereka tidak  mungkin bisa berguna, dan tidak ada wanita yang sempurna dalam keutamaan manusia dan juga tidak memiliki akal untuk berpikir serta hanya bisa mengikuti laki-laki. Karena wanita di tempatkan di posisi yang salah dan tidak sesuai dengan status maupun fungsi mereka di ciptakan oleh Allah, yang hal ini akan menjadi penghalang bagi mereka dalam menuntut pemenuhan hak-hak mereka. Maka Al-Quran sangat memperhatikan dengan mengoreksi pemahaman-pemahaman yang salah tersebut, Allah memperingatkan di awal surah dalam Al-Quran, bahwa ia adalah kitab yang menyampaikan pengetahuan yang benar, terpercaya dan nasehat yang bermanfaat, serta hidayah bagi orang-orang yang mencarinya. Allah SWT. berfirman dalam awal surah Al-Baqarah:

"الٓمٓ • ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ•"

Artinya:

"Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa". (Al-Baqarah 1,2).

              Sehubungan dengan kontroversi tersebut, maka datanglah Al-Quran untuk meluruskan pemikiran-pemikiran dan pemahaman-pemahaman yang salah, untuk menghilangkan kontroversi dan tuduhan terhadap wanita, dan juga untuk mengembalikan martabat dan hak-hak kemanusiaan mereka yang dirampas. Al-Quran juga memberikan contoh-contoh dari para wanita salehah, seperti Sarah istri Nabi Ibrahim, Istri Imran dan juga seorang wanita salehah yang mengabdi, dan juga sempurna dalam sifat-sifat kemanusiaan yaitu Maryam putri Imran, yang namanya  di abadikan dalam suatu surah dalam Al-Quran, yaitu surah Maryam, dan juga surah-surah lain yang menceritakan tentangnya seperti surah Ali Imran, dan At-Tahrim. Allah Swt. berfirman:

"وَمَرْيَمَ ٱبْنَتَ عِمْرَٰنَ ٱلَّتِىٓ أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِۦ وَكَانَتْ مِنَ ٱلْقَٰنِتِينَ"

Artinya: "dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat." (At Tahrim 66:12)

              Dan Al-Quran juga menjelaskan bahwa kesempurnaan dan pemilihan itu tidak hanya terbatas untuk laki-laki, seperti halnya Allah Swt. memilih para Nabi, Rosul dan orang-orang saleh dari golongan laki-laki. Allah Swt. juga memilih dari golongan wanita, yaitu wanita-wanita yang salehah dan taat dan mereka ada empat, yaitu: Asiah binti Muzahim (istri Firaun), Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Nabi Muhammad Saw.

              Allah Swt. memilih Asiah istri Firaun di antara para wanita karena ia tidak mau mengikuti suami dan juga kaumnya dalam kekafiran. Dan justru ia menggunakan akal dan fikirannya serta percaya kepada Nabi Musa. Maka Allah menerangi hatinya dengan cahaya keimanan dan juga mengabadikannya dalam Al-Quran. Allah Swt. berfirman:

"وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱمْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِين"َ

Artinya: "Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim." (At Tahrim 66:11)

              Adapun Maryam yang beriman kepada kalimat-kalimat, kitab-kitab, dan Rasul-rasulnya dan menjadi pelayan di rumah Allah, seorang hamba yang taat kepada tuhannya. Pemilihan Allah Swt. kepadanya di sebutkan dalam Al-Quran. Allah Swt. berfirman:

"وَإِذْ قَالَتِ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرْيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصْطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلْعَٰلَمِينَ"

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)" (Ali Imran 3:42)

 Karya: Dr. Ilham Syahin

Diterjemahkan oleh: Abdullah Faqih

Mei 10, 2022

,

   



Jikalau sanding tak mengikat kasih 

diatas sakralnya kursi pelaminan


Jangan pernah menyalahkan takdir 

yang lalu kau sebut tak adil


Jikalau rangkaian irama kata tak tertuliskan dalam kanvas suci pernikahan


Jangan pernah menghujat seorang seniman dengan maha karyanya yang lalu kau sebut salah besar


Jikalau hati dan pikiranmu merasa dihempaskan ke jurang kenestapaan 


Jangan pernah mencari sebuah tangga irama nada yang penuh akan kedustaan


Hal ini tak akan membuatmu mencapai puncak kebahagiaan


Karena yang ada hanyalah sebuah keterpurukan yang kelam


By: Khatibul Khairi al-Azizi

        31 Maret 2022

Mei 05, 2022

,


Terdapat 241 negara di seluruh belahan dunia, 195 negara di antaranya merupakan negara yang telah tercatat resmi dalam keanggotaan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Namun, pertanyaan besarnya adalah, mengapa Mesir menjadi kiblat ilmu bagi para pelajar?, bahkan masyarakat dari berbagai negara sering menjadikan bahan diskusi negeri ummu ad dunya tersebut, padahal Mesir hanyalah merupakan negara kecil dari segi wilayah.

Terlepas dari Mesir sebagai pusat sejarah peradaban dan ilmu pengetahuan, ditandai dengan  banyaknya ulama besar yang lahir di negeri piramida tersebut, ternyata masih banyak jejak sejarah yang selama ini belum kita ketahui, seperti: terdapatnya biara tertua di dunia, yaitu biara Santa Katarina, biara ini terletak di Semenanjung Sinai dan menjadi situs warisan dunia.

Biara Kristen Ortodoks ini dibangun sejak 548 Masehi di dekat gunung Sinai yang juga menjadi gunung tertinggi di Mesir.

hal ini tidak hanya sekedar mubazir untuk kita lewati, akan tetapi juga sangat menarik untuk dinikmati dan diadopsi serta kita tularkan atau berbagi dengan saudara dan kerabat di kampung halaman kita.


Pertengkaran Ala Mesir


Mesir sebagai pusat peradaban Islam tidak berarti bebas dari masalah, hal ini bertolak belakang dengan persepsi kebanyakan masyarakat luar (non Mesir) mengira bahwa Mesir adalah negeri yang damai dan aman, perasaan itu paling tidak dialami oleh saya sendiri pada waktu masih belum menginjakkan kaki di negeri ini, akan tetapi, persepsi itu berubah seketika setelah menyaksikan dengan mata sendiri  berberapa peristiwa kekerasan yang dilakukan sekelompok orang kepada beberapa pelajar dari Indonesia, melihat kenyataan itu seolah-olah baru sadar bahwa selama ini saya menghayal dan melamun tentang keindahan dan kedamaian di Mesir. Banyak permasalahan yang berawal dari candaan dan berujung percekcokan, bahkan ada di antaranya menyisakan dendam, hal ini sangat bertolak belakang dengan karakter masyarakat Mesir pada umumnya.

Kaitan dengan cerita di atas, ada hal unik di Mesir yang sangat menarik perhatian saya, yaitu ketika kita dapati di beberapa tempat ada orang yang sedang bertengkar, beradu mulut, atau mungkin saling pukul ketika mereka mendengar kalimat "allahumma sholli ala sayyidina Muhammad", maka dengan sekejap mata pertengkaran tersebut akan mereda, tidak hanya berhenti bertikai, bahkan tidak tersisa sedikitpun rasa dendam di antara mereka, seakan pertikaian yang mereka lakukan tidak pernah terjadi, inilah yang saluti dari mereka yaitu rasa hormat yang sangat mendalam kepada baginda Rasulullah Saw.


Menjaga Martabat Perempuan


Dalam Islam perempuan adalah makhluk mulia, bahkan kemuliaannya melebihi kaum Adam, akan tetapi dewasa ini di banyak tempat sering kita mendengar atau menyaksikan perlakuan tidak pantas kepada mereka, misalnya pelecahan seksual terhadap perempuan, seakan-akan tidak lagi menghargai posisi terhormat yang disematkan kepada mereka, indikasi kemerosotan tersebut ditandai oleh banyak hal, antara lain: Peran perempuan yang dipaksakan harus sama dengan laki-laki, misalnya dia harus bekerja di sektor-sektor yang terkesan menghargai perempuan tapi sebenarnya merendahkan kaum perempuan contoh kecil disekitar kita, perempuan dijadikan sebagai alat untuk memancing orang membeli produk, sederhananya dia sebagai model, dipertontonkan segala sesuatu yang menarik secara biologis, memperlihatkan lengkuk tubuh yang tak pantas dilihat. Mungkin mereka merasa itu sebagai penghargaan padahal sesungguhnya hal itu merendahkan martabat seorang perempuan.

Berbeda halnya dengan masyarakat Mesir, perempuan tetap diposisikan makam yang tinggi, sehingga tindakan-tindakan yang mengarah pada perlakuan negatif pada seorang perempuan merupakan hal yang nista atau tidak baik, bahkan menyapa seorang perempuan yang bukan mahram tanpa adanya hajat adalah aib.

Penghormatan pada perempuan bukan berarti membatasi wanita untuk beraktifitas, justru dengan tertanamnya rasa hormat yang besar terhadap perempuan, agar perempuan itu sendiri dapat dengan bebas beraktifitas tanpa adanya gangguan, dengan terus menjaga mahkota, dan kehormatannya.


Majelis Keilmuan Di Mana-mana


Para pelajar yang datang dari berbagai penjuru dunia (wafidin), tidak hanya memperoleh pelajaran dari kajian formal yang diadakan di kampus (al-Azhar) saja, mereka berbondong bondong ber-talaqqi (kajian nonformal) yang sesuai dengan fan mereka masing-masing.

Banyak dari para pelajar yang haus akan keilmuan terus menjalajahi dunia talaqqi, karena selain sesuai dengan fan mereka masing masing, juga sangat mendukung untuk mempermudah mereka dalam menghadapi ujian nanti.

Ada yang sampai menjadi murid dekat para Masyayikh. saking minatnya para wafidin dalam ber-talaqqi, mereka merasa bahwa talaqqi bukan sekedar untuk mengisi kekosongan waktu mereka, namun mereka beranggapan bodoh rasanya ketika kita meninggalkan talaqqi hanya untuk bersantai.

Ada juga yang mengisi kekosongan waktu mereka dengan berorganisasi semacam: literasi, jurnalistik, sastra, bahasa Inggris, dan lain sebagainya. sehingga mereka tidak vakum dalam dunia keorganisasian. baik itu dari segi keilmuan, pendidikan, politik,bahkan kepenulisan.


By: Khatibul Khairi al-Azizi

      30 Maret 2022

Maret 24, 2022

,

 



 

"Apabila kamu akan melihat orang lain, hendaklah oleskan terlebih dahulu minyak wangi di hidungmu, sehingga siapa pun orang yang di hadapanmu, ia akan tetap tercium wangi".

Sebaliknya, bila di hidungmu terdapat bau kotoran, maka secantik dan sewangi apa pun perkara yang ada di hadapanmu, ia akan tercium busuk.

Bila kita selalu menganggap buruk orang lain, lihatlah!. Mungkin di dalam hidungmu ada kotorannya. Ini adalah ajaran dari sesepuh-sesepuh kita.

Air sungai dengan segala macam isinya akan mengalir ke lautan. Akan tetapi hal itu tidak mampu mengotori lautan. Sampah-sampah yang ikut terbawa gelombang akan berada di pinggiran pantai, sehingga sangat jarang ada pantai yang bersih. Hal itu karena laut tidak mau menerima kotor, sehingga apa yang ada di dalam laut mesti sehat.

Air sungai maupun air bah saat musim penghujan yang masuk ke dalam laut, tidak mampu merubah air laut menjadi air tawar.
Itulah laut, ia memiliki jati diri sehingga tidak mudah digoyahkan dan tidak mudah dibenturkan.

Saya menjadi malu terhadap laut. Sebenarnya siapakah yang mempunyai jati diri yang kuat?. Aku atau kamu?. Entahlah.... Secara logika, ikan-ikan laut yang sebelumnya hidup di kedalaman laut yang asin, bila akan dijadikan ikan asin mestinya cukup dijemur tanpa diberi garam lagi. Akan tetapi kenyataannya tidaklah seperti itu.

Sebenarnya akal sehatku menolak dan berkata: "Berasal dari air asin kok digarami lagi. Ternyata rasanya tawar". Ikan di lautan ternyata tetap tawar walaupun berada di lautan yang tentu asin.

Penulis : FOSIKBA 2022

Maret 09, 2022

,

 


Memahami esensi kisah seseorang, maka secara tidak langsung kita dihadapkan setidaknya dua komponen penting yang terdapat di dalamnya. Pertama; latar belakang orang itu sendiri. Kedua; perjalanan hidupnya mulai dari kecil sampai dewasa. Hal ini menjadi tolok-ukur objektivitas bagi siapa saja ketika hendak menyikapi sesuatu yang terjadi dalam kisah tersebut. 

Ada hadis menjelaskan silsilah keturunan Yusuf As “Nabiyyun Ibn Karim Ibn karim”. Bahwa dia merupakan putra dari Ayyub (Karim) bin Ishak (Karim) yang mana keduanya merupakan Nabi. Pun demikian Yusuf sendiri merupakan nabi, dia salah satu Nabi yang telah mengajarkan kepada umat Islam midan dakwah yang tidak mengenal waktu dan tempat. Seperti yang telah diterangkan dalam ayat 36-41 perjuangan dakwahnya dalam penjara.

Kemudian sejarah hidupnya dimuat dalam al-Quran secara terperinci tanpa terpisah-pisah di surat ketiga belas dalam urutan mushaf Usmani. tidak seperti kisah-kisah nabi sebelumnya atau setelahnya yang disebutkan di banyak tempat terpisah. Hal ini merupakan keistimewahan yang dimiliki Yusuf As. Sekaligus sebagai Ibrah bagi kita untuk meneladani jejak hidupnya. Bagaimana tidak? Allah Swt. telah menyiapkannya menjadi pemimpin sekaligus petunjuk bagi umat manusia.

Ada percakapan menarik terekam antara dua cendekiawan; Muhammad Ragab al-Bayumi (MRA) dan Mahmud fahmi al-Bayumi (MFA) mengenai awal mula kisah Yusuf As. dalam kitab “Min al-Qimah al-Insaniyah fi al-Islam” karya Muhammad Ragab al-Bayumi.

Di saat keduanya selesai menyimak Surat Yusuf yang dibacakan, sepontan MRA mengatakan bahwa kisah Yusuf berporos pada kisah Gamis. Gamis yang berlumuran darah palsu yang dibuat oleh saudara-saudaranya guna mengelabui ayahnya ketika berusah menjauhnya dari sang ayah. Gamis yang ditarik sampai robek oleh istri raja Mesir saat Yusuf hendak menyelamatkan diri dari tipu muslihatnya, serta Gamis yang dikirimkan kepada ayahnya yang membuat mata Nabi Yakqub melihat Kembali.

Kemudian MFA menyanggahnya: wahai saudaraku! bagaimana kamu bisa menyimpulkan seperti itu? MRA: itu hanya logic theory dari surat tadi.

Kemudian MFA menyanggahnya lagi; jika demikian, maka ru’ya sadikah bisa juga menjadi pilihan yang lain sebagai porosnya karena kisah itu berawal dan berakhir dengan mimpi; di waktu kecil Yusuf bermimpi melihat Matahari, Bulan serta sebelas bintang sujud di hadapannya, dia juga menafsirkan mimpi dari dua rekan saat di penjara, juga menafsirkan mimpi raja Mesir hingga kemudian dia menunjukkan makna mimpinya waktu kecil di hadapan ayahnya. Namun apakah kamu setuju dengan kritisi seperti itu?

Terlepas dari persepsi tadi, akan lebih baik jika mengatakan bahwa poros kisahnya adalah bentuk dari esensi sifat kepribadian serta keistimewahan yang dimiliki Yusuf yaitu berupa sifat ihsan. Sedang makna ihsan seperti dikutib dari hadis Jibril “An Takbudallaha Kaannaka Tarahu Wainlam Takun Tarahu Wa Innahu Yaraka”. hadis ini diartikan ‘sampainya seorang ke level kesempurnaan di setiap amaliyahnya’. Hal ini dapat terlihat dalam pribadi dan tindak laku Yusuf mulai dari kecil sampai dewasa, (imbuhnya).

Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa sifat ihsan telah menjadi kriteria wajib seorang Nabi, namun ihsan yang terdapat dalam Surat Yusuf merupakan salah satu hal terpenting untuk dipelajari dan diambil ibrahnya. Bagaimana tidak? Yusuf yang memilki paras wajah tampan menolak ajakan **** wanita tercantik saat itu. Serta ihsan ketika dia memilih masuk penjara walaupun dia tidak bersalah demi meredam sindiran, cacian serta hinaan yang mengarah kepada keluarga al-Aziz kala itu. Juga ihsan ketika menafsirkan mimpi dari rekannya di penjara. Serta ihsan ketika dia mengungkapkan identitasnya kepada saudaranya. ihsan yang difirmankan Allah Swt. dalam ayat 22 dan 56, ihsan yang diakui rekannya di penjara dalam ayat ke-36, ihsan yang diakui oleh saudaranya ketika Yusuf masih kecil dan tumbuh dewasa di ayat 4 dan 78 serta Ihsan yang diakui Yusuf sendiri dalam ayat ke 90.

Maka dari sini, kita dapat melihatnya dengan mata telanjang bahwa kisah Yusuf berporos di sifat ihsan. Serta Surat ini menyatakan makna Ihsan itu luas tidak terkhusus kepada sedekah yang masyhur dipahami sementara ini. Amaliyah Yusuf seolah-olah menjelaskan kepada kita dalam bait kisahnya bahwa kita harus berbuat ihsan di setiap tindak laku. Seperti sabda Nabi “Ida Dabahtum wa Ahsin al-Dibhatah”.

Wallahu’alam.......

Penulis : Ust. Ach. Shalehuddin, Lc.

,

 


Sejenak tersandung dalam lamunan kata “Zainussyaithan”,  adalah sepatah kata yang dulu pernah aku dengar dari seorang guru di sebuah majlis taklim waktu masih belajar di pondok. Entah apa yang membuatku selalu teringat kata tersebut? 

kalau cuma alasan menganggap penting tentu tak cukup untuk menjawab pertanyaan di atas,  viralnya seseorang tak akan terus-menerus mengingat sesuatu tanpa adanya pelantara yang memaksa sistem kerja otaknya untuk terus mengingatanya, entah itu lewat kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya atau yang dia alami sendiri, semakin sering kejadian itu ia lihat maka semakin melekat di otaknya. Mari kita cari jawabannya!

Kata  Zainussyaithan di ambil dari bahasa Arab dan secara bahasa berarti Hiasan syaithan, ialah salah satu manhaj syetan untuk mengelabui manusia secara samar agar terjerumus kedalam kemaksiatan dengan cara menyisipkan sisi positif dibalik kemaksiatan tersebut.
Dan kita pun tidak bisa menampik fakta bahwa hal ini seringkali kita alami dalam kehidupan sehari-hari (Bagi yang gak pernah, silahkan  mengkerutu dan bilang, “kita? Lo aja kali.’’ wkwk..) 
Tanpa disadari tak jarang kita selalu terpancing umpan-umpan syetan untuk membatalkan pekerjaan baik yang akan atau sedang kita lakukan, saat akan membuka buku misalnya kita  sering tergoda untuk membuka Facebook dan lain semacamnya dengan menanamkan harapan agar kita fokus terhadap pelajaran setelah membukanya, namun sebaliknya kita justru malah terlena dan terlupa pada niat awal kita untuk belajar disebabkan terlarut dalam godaan tersebut apalagi sampai membuka ML (Mabar kuyy..😁) Atau mungkin terbesit dalam pikiran saat males-malesan buat nyiapin materi ujian, “ Gak papa lah gak naik kelas, tahun depan lebih dioptimalkan lagi belajarnya. Lagian belajar kan bukan karena ujian.” Wihh.. Siap Ndan. Atau pacaran, biar pas setiap mau ke majlis taklim ada yang nemanin wkwkw.. 

Saya pun sebagai manusia biasa tak lepas dari yg namanya Zainussyaithan  seperti halnya yang dialami saya pribadi tadi pagi setelah sahur susah payah nahan ngantuk nungguin waktu shalat Subuh dan selalu terbesit dalam pikiran "Tidur aja dulu kali ya biar nanti khusuk shalat subuhnya" namun tetap aku paksa buat tetap nunggu waktu shalat, eh setelah shalat Subuh ngantuknya hilang wkwk.. Sempat bilang dalam hati "Dasar syetan!"

Tapi setelah dipikir-pikir, syetan kan dikurung selama bulan puasa! Terus..?
Seketika naluri berkata, "Seseorang yang bermaksiat di bulan Ramadhan murni berangkat dari sifat asli orang tersebut, bukan karena godaan syetan."

Dan peraktek yang lebih extrim lagi yaitu selalu melakukan kemaksiatan dengan niat ingin tobat setelah tua nanti. Sekilas memang kelihatan sebuah hal yang wajar dengan hal positif yang tersisip dibalik godaan tersebut, namun hal ini mempunyai dampak besar terhadap minset dan keimanan seseorang bahkan dapat mengakibatkan kekafiran jika sudah sampai pada tingkat istihlal (menghalal-halalkan hal-hal yang haram).

Syetan pun sukses saat mangsa mulai berpikir, “Ah, sekali-kali kan gak papa.”  Atau, “Lagian aku kan gak sering melakukannya.” Sungguh Sebuah manhaj tipu daya yg begitu lembut, rapi, samar dan efektif, yang mana dengan pola tersebut korban tak pernah menduga kalau dia sudah tertelan umpan syetan di kailnya. Yupss betul, syetan itu semanis dan segombal rayuanmu. 

Jangankan hal-hal yang haram yang mubah pun syetan gombalnya minta ampun. Eh, dinginnya ke syetan aja ya,, ke aku jangan! huhu..

Syaithan akan selalu hadir kepada setiap manuasia dengan produk-produknya beserta promo-promo yang ditawarkannya, dan selalu berusaha menyesatkan manusia, tentu dengan segala manhajnya untuk mendapatkan teman sebanyak-banyaknya diakhirat nanti. Semoga Allah selalu menguatkan iman kita dan menjauhkan kita dari hal-hal yang dapat merusak kemurnian iman.

Penulis : Ust. Abd. Wafi, Lc

Februari 22, 2022

,


 


Kairo adalah tempat pertama kali aku menemukanmu, melihatmu, memandangmu, dan mengenalmu. Sebut saja namaku adalah Ifa dan namanya adalah Ika, Pertemuan kami yang berbuah kebersamaan sementara ini, membuat tanganku ingin mencorat-coret kata tentang rasa. Sengaja aku tulis dengan bingkisan kata yang sederhana, karena aku merasa tak perlu otakku mengembara mencari kata yang sulit untuk dicerna, biarkan aku yang sudah terbiasa dengan kata-kata yang sederhana, entah dalam keadaan bahagia ataupun terluka. Aku masukkan tulisan ini ke dalam bingkai puisi yang berjudul (Aku yang salah).


Mungkin dari awal memang aku yang salah...
Terlalu cepat menyimpulkan bahwa perhatian-perhatian kecil yang kau teteskan kepadaku adalah sebuah bentuk perasaan lebih..
Tanpa aku memikirkan bahwa itu hanyalah sebuah perhatian biasa yang terjadi di antara teman ke teman...

Aku yang salah..
 Untuk terlalu berharap bahwa kita bisa dalam satu dekapan tanpa menyadari bahwa perasaanmu tak lagi sama dengan perasaanku..

Aku yang salah..
Aku terlalu gila dengan sifat-sifatmu yang indah itu, dari caramu yang tak mau berbicara kecuali aku memulainya, pendiam, pemalu, peduli, lembut dan ramah kepada siapapun yang di dekatmu..

Aku yang salah..
 Aku terlalu cepat menanggapi ucapanmu ketika aku tanya, kangen ya? Kamu pun menjawab "iya".. aku lanjutkan pertanyaan seriusku yang aku bungkus dengan canda tawa, terus kalau lagi kangen, ngapain? Liat foto profil tah? Wkwk. "Nggak" jawabnya.. Terus ngapain? Aku susul dengan pertanyaan... "Dengerin vn kka, wkwk" jawabnya sambil tertawa... lalu aku beri tau dia kalau apa yg dia lakukan adalah apa yang aku lakukan ketika aku rindu dirinya..

Aku yang salah...
 Tapi di sisi lain aku tak bisa melupakan ucapanmu ketika aku tanya, apakah ada perasaan dalam dirimu terhadapku? Kau pun menjawab dengan suara khasmu "iya".. terasa begitu semu di telingaku, begitu semu jikalau sebenarnya kamu tidak memiliki perasaan sama sekali terhadapku..

Aku yang salah...
Aku yang terlalu cepat menghakimi saat kau bilang "darahku menjadi semi jawa tengah dan timur". Aku kah jawa timur itu. Aku terlalu cepat salah paham saat kau bilang, “sayang baksonya kalau nggak dihabisi". Tak bisa aku bayangkan apa yang akan terjadi dengan hatiku jikalau kamu meletakkan koma setelah kata “sayang" itu.

Aku yang salah..
Aku tidak mengerti apa yang terjadi kepadaku, mengapa semuanya berjalan begitu cepat, 1 tahun lebih memendam rasa penasaran akan dirimu, itu mungkin bukanlah waktu yang terbilang lama, apalagi terjawab dengan waktu yang begitu singkatnya. Tiba-tiba saja, kamu sudah menguasai seluruh isi pikiranku..

Aku yang salah..
Aku yang selalu mengharapkan hadirnya kamu di sampingku. Kita mulai dekat, bercanda, tertawa ria, seakan saling melengkapi satu sama lain. Kamu meletakkan sebuah perasaan di hatiku ketika aku menatap wajahmu..

Aku yang salah..
Terlalu cepat aku melukis masa depanku bersamamu dalam cita, tanpa ada sedikitpun keraguan akan terwujudny, bahkan tak pernah terlintas dalam benakku akan kehancurannya..

Aku yang salah..
Perasaan yang benar-benar begitu nyaman hadir dalam lubuk hatiku saat berbicara denganmu, membuatku tidak ingin beranjak dari sisimu sedikitpun..

Aku yang salah..
Aku membuat jiwa ini selalu ingin bersamamu.. duduk berdua membuat diri ini menjadi candu.. tiba-tiba saja aku merasa takut dan khawatir akan kehilangan sosokmu,  terima kasih telah menerimaku selama ini..

Aku yang salah..
Terkadang aku merasa tolol mengemis cinta kepadamu.. tetap mencintaimu walaupun entah ke berapa kalinya aku menangis.. tetap berharap walau itu hanya sia-sia saja..
***
Kasih, tidak usah kamu ajari aku bagaimana cara merindukanmu. Aku lebih tahu, hatiku lebih sering mengadu tentang rasa itu..
Jangan kamu ajari aku bagaimana cara melupakanmu, karena hari-hariku sudah disibukkan dengan bayang-bayangmu..

Teruslah bercerita tentangmu, berbicaralah sampai salah satu dari kita tertidur. Aku tidak akan bosan dengan semua yang kau ketik. Betapa sering aku menduga-duga, adakah kode yang tersirat dalam kolom chat kita..

Kamu pasti tahu, bahwa aku berbohong, jikalau aku bilang dengan mudahnya aku bisa melupakanmu. Karena itu seakan mustahil bagiku. Foto dan video itu selalu membuatku diam-diam merasa nyaman..
Kamu pasti tahu, kalau aku begitu sulit melepas bayang-bayangmu di benakku..
Terkadang aku heran, hal apa yang membuatku takut akan kehilangan yang bukan miliku?! Salahkah aku dan perasaanku?!..
Hadirnya diriku tak berpengaruh apapun bagimu, pedulimu tak sedalam peduliku terhadapmu. Apa yang salah dari caraku mengagumimu?!..
Mungkin kamu hanya belum mengerti sedalam apa perasaanku. Jadi kamu hanya mengabaikan ketulusanku dengan menjauhiku..

Mungkin kamu hanya belum menyadari, bahwa cintaku padamu begitu dahsyatnya. Jadi kamu lebih sering cuek dengan perhatianku..
Aku berharap suatu saat kau benar-benar paham seberapa besar keseriusan perasaanku..
Andai kamu tahu, aku begitu tulus, perasaanku tanpa syarat, tapi bagaimana dengan dirimu, pernahkah aku menjadi hal terpenting dalam hidupmu walau sekali saja.

Doa adalah caraku memelukmu dari kejauhan..
Tuhan, aku tidak tahu apakah pilihanku ini benar atau tidak, aku hanya terkalahkan oleh keyakinanku yang begitu besar untuk bersamanya...
Aku hanya bisa meratap dalam doa menuju cahaya yang berpanorama indah di setiap malam-malamku. Tetesan air mata dalam memintanya menjadi sesuatu yang paling sabar aku tahan ..

Ade, aku tahu, kamu masih memikirkannya..
Aku tahu kamu tak mencintaiku..
Tapi aku tak tahu mengapa aku masih bertahan dalam mencintaimu.
Padahal aku tak punya alasan lagi untuk mencintaimu, tapi hati ini tetap bersih keras memilih untuk bertahan, bertahan, dan bertahan dalam cintaku terhadapmu..

Aku hanya bertahan pada keyakinanku. Iya, keyakinan untuk menyayangimu, meskipun aku tahu, ini tak mudah bagiku, tapi bahagiaku, senyumku adalah kamu..
Rasanya aku ingin mengubur rasa nyaman itu, agar tak ada seorang pun yang bisa mengambilnya kembali, supaya kamu mengerti, betapa besarnya harapanku terhadapmu..

Kasih, aku akan tetap di sini, menunggumu di pintu harapan, sampai kamu keluar membukakan pintu, menjemputku dengan sebuah keputusan.



Penulis : Imam Musthafa

Cairo, 22/02/2022

Follow Us @soratemplates