Oleh; Real Jack
Membaca merupakan
lahkah besar untuk menjauhkan masyarakat dari kebisuan dan diam tanpa kata
dalam ketidak berdayaan. Hilangnya aktifitas membaca akan mmbunuh kekreatifan
masyarakat. Mereka akan terombang-ambing oleh kebodohan sehingga untuk
membentuk jati dirinya saja mereka tidak mampu.
Dengan memposisikan
membaca sebagai rutinitas, pengetahuan akan selalu bertambah, inovasi-inovasi
baru, ide-ide kreatif akan terus bermunjulan dan yang terpenting mampu
menganalisa sesuatu dengan baik dan tajam sehinga bisa membedakan mana yg baik,
buruk, benar dan salah untuk kemaslahatan bersama.
Untuk masalah
pentingnya membaca, saya pikir tidak usah saya paparkan lebih luas dan panjang,
agar ogar-orang tidak merasa muak mendengarnya. Dua alinea di atas saya tulis
hanya sebagai basa-basi saja.
Saya kagum kepada
istri Husni Mubarak mantan Presiden Mesir dengan inisiatifnya yang
cemerlang, ia mendirikan percetakan buku yang diperuntukan rakyat Mesir dengan
tujuan untuk menanamkan kegiatan membaca, mengasah kemampuan berpikir,
menyadarkan rakyat Mesir akan pentingnya sebuah pengetahuan dalam membangun
sebuah peradaban bangsa, menyebarkan jiwa-jiwa toleransi. Sehingga
mereka tidak mudah melempar saudara sebangsannya dengan perkataan kotor
yang timbul dari mulut busuk yang tak berpendidikan.
Percetakan buku
yang diberi nama Usrah itu telah membangun puluhan toko buku sebagai
distributor yg menyebar hingga ke seper empat negara Mesir dengan harga yang
sangat murah. Sudah lebih dari dua dekade Percetakan Usrah tidak henti-hentinya
terus mencetak jutaan buku dalam berbagai fan, baik buku klasik ataupun
kontemporer yang meliputi sastra, pemikiran, budanya, seni, agama dsb.
Pecetakan yang didirikan oleh Susan Fuzi ini juga mencetak buku terjemahan dari
berbagai negara. Sehingga
orang-orang Mesir juga bisa menghirup sesak dan segarnya udara di luar
negaranya.
Itu sedikit rasa
kagum saya untuk Mesir dalam upaya menanamkan aktivitas membaca dan menambah
pengetahuan dalam berbagai aspek sebagai pondasi dasar dan langkah awal dalam
membangun peradaban bangsanya dengan menyediakan buku-buku murah.
Sebagai orang Indonesia
saya juga menyimpan rasa kagum pada negriku, jauh dari rasa kagum saya pada
Mesir. Rasa kagum yang selama ini selalu membuatku terperangah heran adalah
daya saing bisnis orang Indonesia yang tiap tahun terus meningkat. Hingga untuk
mencerdaskan dan meningkatkan pengetahuan bangsa saja harus debeli dengan harga
yang sangat mahal padahal pengetahuan adalah langkah awal untuk memajukan suatu
bangsa.
Saya masih ingat,
sekitar tahun 2009 lalu tentang program buku murah dari Mendiknas untuk para
pelajar demi melancarkan program wajib belajar 9 tahun. Tapi sayang kebijakan
itu menuai banyak kritikan dari banyak penerbit karena dinilai diskriminatif.
Hingga saat ini perogram buku murah itu tidak pernah terlaksana. Sebagai
gantinya pemerintah memberi sebuah solusi untuk mempermudah pelajar yaitu
dengan menggunakan BSE (Buku Sekolah Elektronik).
Itu baru untuk para
pelajar SD-SMA, saya tidak dapat membayangkan keritikan dari penerbit
independen kalau pemerintah medirikan percetakan buku untuk seluruh rakyak
Indonesia seperti yang dilakukan oleh suzi Fauzan.
Saya tidak bisa
memastikan apakah kritikan itu benar-benar datang dari penerbit atau hanya
alasan dari pemerintah. Tapi yang jelas mereka sama-sama menjebloskan rakyak
Indonesia ke dalam jeruji krisis pengetahuan dengan membatasi dan mempersempit
ladang pengetahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar