Pada abad kedua puluh ini, seluruh dunia terutama ummat islam sudah mulai terhegemoni oleh sebuah pemikiran yang penulis anggap sudah melenceng jauh dari konstitusi islam, baik secara politis maupun dogmatis yang dalam hal ini banyak terpropagandai oleh pihak luar(external),termasuk diantaranya adalah sebagian orientalis-missioniris yang memang inisiatif mereka ingin menghancurkan islam secara perlahan. Hal ini menurut penulis termasuk suatu hal yang wajar, sebab itu merupakan instrument lama yang bangkit kembali dan akan berlanjut ila yawmil qiyamah. Bahkan pada masa Nabipun sudah banyak terjadi bak air bah yang turun dari lereng gunung dengan pelbagai modus yang mereka tampilkan. Pada masa setelah nabi wafat telah muncul seseorang yang mengaku islam, padahal sebenarnya dia tidak lebih baik dari seekor srigali berbulu domba semisal Abdullah bin saba yang telah membuat keruh perjalanan islam kala itu dengan berbagai propagandanya.
Hal
yang tidak wajar ini merupakan sebagaian pengaruh(hegemoni) dari mereka
terhadap ummat islam. Buktinya, banyak mereka yang islam, cuman segala hukum
yang ada dalam islam yang sudah jelas-jelas ditetapkan oleh syari’ mau
dirombok, direvisi, atau bahkan di dekonstruksi menjadi sebuah hukum fleksibel
atau sebuah hukum yang menyulutkan kontrofersi berantai yang biasa disebut
dengan “pemecah belah ummat”. Suatu saat mereka mengenyampingkan
istilah-istilah dalam ushul fiqh terutama hukum qiyas(nadzzomiyah,
dzohiriyah, dan sebagian ahli syi’ah). Tapi dilain waktu pada kondisi dan
situasi berbeda mereka malah menggunakannya. Suatu hal yang sangat tidak
menggambarkan kekonsistenannya dalam berfikir.
Dalam
masalah ini, penulis klasifikasikan dua contoh yang berkaitan dengan timbulnya
pengaruh dari internal islam itu sendiri:
1. Pada kisaran antara abad pertama dan ke10 terutama dalam masalah
theologi, umat islam merundung pilu. Sebab, yang asal mulanya mereka selalu
meyakini terhadap apa-apa yang ditetapkan Nabi dan tidak mempermasalahkannya.
Namun pada masa selanjutnya, mereka mendapatkan berbagai masalah baru yang
tidak cukup dipecahkan dengan satu malam, dua malam bahkan satu bulanpun. Mereka
butuh beberapa bulan, tenaga, dan kertas yg dihabiskan hanya untuk memecahkan
satu permasalahan saja. Tapi tidak sedikit juga diantara pemikiran mereka malah
tidak memuaskan bahkan cendrung melambung jauh dari doktrin-doktrin islam.
Semisal: syi’ah rofidloh(extrem)yang disinyalir ajarannya keluar dari
islam dan tashowwuf hulu(inkarnasi)dengan pernyataannya tuhan berwujud
pada diri manusia, yang kemudian dibantah oleh kaum Mu’tazilah dan Sunni.
2. Pada kisaran antara abad ke16 sampai sekarang, mulailah umat
islam berani bermanuver dalam pembaharuan hukum islam menjadi sebuah hukum
baina-baina atau abal-abal yang tidak terdeteksi kevaliditasannya dengan cara
menjungkir balikkan sebuah fakta yang tersirat dalam al Quran maupun hadits
berdasarkan akal pemikiran mereka(rasio)tanpa mempedulikan metode
pengambilan hukum dari sumbernya. Semisal: kelompok SPILIS (Sekularisme,
pluralisme, dan libralisme).
Tidak salah, kalau Bernard Lewis
menyindir ummat islam dengan sebuah pernyataannya bahwa: “pada abad ke20 ini,
kayaknya ada yang salah pada dunia Islam dibandingkan dengan rivalnya yaitu Kristen”.
Suatu pernyataan orientalis yg pernah saya baca dari buku teman, dan alhamdulillah masih ingat
sampai sekarang.
Ketika penulis
analisa dari pernyataan Bernard lewis itu, ternyata rasa-rasanya memang benar
adanya. Terbukti dengan berbagai konflik yang terjadi didunia islam yang
menurut hemat penulis merupakan sebuah propaganda yang memang dirancang oleh
orang- orang diluar islam untuk memicu terjadinya konflik antara
kelompok-klelompok islam, terutama dikalangan Negara-negara Arab. Mereka para
cebong-cebong missionaris sengaja terus menggelitik negara-negara arab dengan
sistem kerjasamanya, baik dibidang pertahanan atau ekonomi yang harus
mengorbankan kewibawaannya demi kemakmuran negaranya saja, tanpa berfikir akan
implikasi terhadap negara-negara tetangganya. Bahkan tidak jarang ditelinga
atau mata kita mendengar atau melihat di medsos terjadinya disintegrasi sosial sesama
negara Arabnya. Kita pasti tidak ingin melihat kembali lembaran-lembaran sejarah
tentang hancurnnya hadlarah islamiah di Asbania dan Saqolli terulang kedua kali pada zaman ini. Pada waktu itu mereka missionaris berpura-pura
bermuamalah baik dengan ulama muslim dan mengambil ilmu darinya, tapi pada
akhirnya mereka malah membunuhnya dan merampas kitab-kitab hasil jerih payahnya
tanpa ada belas kasihan, dan rasa menyesal sama sekali, setelah mereka meneguk
air dari hasil keringat ulama kita. Sungguh biadab.
Tidak hanya
diranah politik saja, mereka juga berani menyelinap di berbagai sektor, bahkan
dalam ranah ideologi. Dengan kefanatikan dan kerasnya negara-negara Arab dalam
berkomitmen, apalagi menyangkut keyakinan atau agama, hal ini dijadikan momentum
lezat atau lahan empuk oleh mereka untuk memuluskan misinya yaitu menghancurkan
negara-negara Islam khususnya negara Arab dengan cara perlahan, dan terstruktur
rapi. Buktinya, ketika ada ikhtilaf antara kedua negara, atau isme-isme dalam
satu negara, entah itu dalam masalah keyakinan, furu atau hal-hal yang
berkaitan dengan agama. Maka hal tersebut sangat sulit diselesaikan dalam satu majlis saja, ditambah
lagi adanya pengaruh dari orang luar untuk semakin dibesar-besarkan hingga
terjadilah pergesekan tidak hanya batin saja tapi juga pergesekan dzohir antara
keduannya. Tidak hanya sampai disitu saja, mereka juga sengaja menyalurkan
amunisi dengan mudah bahkan gratis teradap keduannya, bertujuan agar semakin bertambahnya
kecamuk atau gejolok diantara keduanya, dan tidak sidikit pula ada yang sampai
saling membunuh. Sedangkan mereka cebong-cebong duduk empuk diatas kursinya
dengan sebotol khomer dan dayang-dayang cantiknya menonton dan menertawakan hal
tersebut.
Terlepas
dari pembahasan negara-negara Arab karena kita bukan orang, dan islam tidak
hanya di Arab, terlebih-lebih kita juga tidak mau jadi orang Arab. kita selaku
ummat islam pada umummnya, apalagi seorang Mahasiswa atau semi-mahasiswa
sekalipun seperti saya atau temen-temen lain yang nota bane dengan keilmuan dan
pemikirannya, harus juga berani berfikir bagaimana kita kedepannya, kontribusi
apa yang harus kita berikan pada islam, khususnya di Negara kita NKRI. Kita tidak
boleh pasrah dan terlena dengan waktu, kemalasan dan keenjoyan kita, kita harus
memproklamerkan dan mengebarkan kesemangatan dan hittloh kita dalam segala hal
demi kemaslahatan kita sendiri dan islam pada umummnya, Karena kita tidak akan mungkin
hidup sendiri tanpa interaksi sosial dengan orng lain. Interaksi sosial tidak
akan efektif kecuali dengan ilmu. Sedangkan ilmu tidak akan didapat kecuali
dengan semangat dan rajin. dan semangat itu tidak akan didapat kecuali dengan
akal dan badan yang sehat. Saya masih ingat dengan suatu bait yang disamapikan
dulu oleh ustadz saya ketika
masih di pondok dan masih terngiang di benak saya sampai
sekarang:
بقدرالكد تكتسب المعالي # ومن طلب العلا سهر اليالي
Sebelum akhir penulis hanya ingin menyampaikan: “orientasikanlah apa yang sudah menjadi tanggungan dan beban kita Melalui hukum-hukum syari’at yang sudah berdasarkan konsensus ulama’ dengan tanpa mengeyampingkan hukum-hukum kontemporer yang sudah ditarjih olenya. Kita tidak usah mendalami atau mempreteli sebuah permasalahan dalam islam secara mendalam sekali(mendalami hal-hal yang yang sudah qoti)dengan tujuan untuk menyelisihi masyayikh kita, atau hanya untuk mencatutkan nama sebagai salah satu diantara deretan pemikir dunia islam, yang sebagian diantara pemikirannya malah melengserkan terhadap pemahaman yang sudah kita yakini bersama menjadi sebuah pemahaman berbau libral wa akhwatuha, terutama dalam suatu masalah yang sangat sensitif akan timbulnya perpecahan dan perselisihan. Kadang pula sekalipun dia tidak SPILIS bahkan masih sepaham dengan masyayikhnya, orang yang sudah ikhlas menegukkan air jernih dari dalam lumbungnya terhadap dia, tpi kenyataanya setelah dia merasa dahaganya sudah hilang, dia malah menyinyir bahkan menendangnya. Biasa kita sebut dengan istilah “kacang lupa kulitnya”. Naudzu billahi min dzalik.
Syahdan cukuplah
Ilmu yang kita dapatkan(ilmu yang baik) itu dijaga dan diamalkan disetiap detak
jantung dan langkah kita, menjaga integritas dan keutuhan islam serta mampu
menjadi kader-kader duta islam guna mengislamkan orang-orang diluar sana sebagaimana
berbagai ekspansi yang sudah dilakukan oleh Nabi dan sahabat lainnya dalam
menegakkan agama Allah diberbagai benua. Semoga kita semua mendapat syafaatnya dan bisa mengikuti jejaknya li I’lai
kalimatillah. Amien.
By: Zainul
Muttaqin
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus