Februari 12, 2018

Sejenak Memikirkan Islam











Pada abad kedua puluh ini, seluruh dunia terutama ummat islam sudah mulai terhegemoni oleh sebuah pemikiran yang penulis anggap sudah melenceng jauh dari konstitusi islam, baik secara politis maupun dogmatis yang dalam hal ini banyak terpropagandai oleh pihak luar(external),termasuk diantaranya adalah sebagian orientalis-missioniris yang memang inisiatif mereka ingin menghancurkan islam secara perlahan. Hal ini menurut penulis termasuk suatu hal yang wajar, sebab itu merupakan instrument lama yang bangkit kembali dan akan berlanjut ila yawmil qiyamah. Bahkan pada masa Nabipun sudah banyak terjadi bak air bah yang turun dari lereng gunung dengan pelbagai modus yang mereka tampilkan.   Pada masa setelah nabi wafat telah muncul seseorang yang mengaku islam, padahal sebenarnya dia tidak lebih baik dari seekor srigali berbulu domba semisal Abdullah bin saba yang telah membuat keruh perjalanan islam kala itu dengan berbagai propagandanya.

                Hal yang tidak wajar ini merupakan sebagaian pengaruh(hegemoni) dari mereka terhadap ummat islam. Buktinya, banyak mereka yang islam, cuman segala hukum yang ada dalam islam yang sudah jelas-jelas ditetapkan oleh syari’ mau dirombok, direvisi, atau bahkan di dekonstruksi menjadi sebuah hukum fleksibel atau sebuah hukum yang menyulutkan kontrofersi berantai yang biasa disebut dengan “pemecah belah ummat”. Suatu saat mereka mengenyampingkan istilah-istilah dalam ushul fiqh terutama hukum qiyas(nadzzomiyah, dzohiriyah, dan sebagian ahli syi’ah). Tapi dilain waktu pada kondisi dan situasi berbeda mereka malah menggunakannya. Suatu hal yang sangat tidak menggambarkan kekonsistenannya dalam berfikir.

                Dalam masalah ini, penulis klasifikasikan dua contoh yang berkaitan dengan timbulnya pengaruh dari internal islam itu sendiri:

1.       Pada kisaran antara abad pertama dan ke10 terutama dalam masalah theologi, umat islam merundung pilu. Sebab, yang asal mulanya mereka selalu meyakini terhadap apa-apa yang ditetapkan Nabi dan tidak mempermasalahkannya. Namun pada masa selanjutnya, mereka mendapatkan berbagai masalah baru yang tidak cukup dipecahkan dengan satu malam, dua malam bahkan satu bulanpun. Mereka butuh beberapa bulan, tenaga, dan kertas yg dihabiskan hanya untuk memecahkan satu permasalahan saja. Tapi tidak sedikit juga diantara pemikiran mereka malah tidak memuaskan bahkan cendrung melambung jauh dari doktrin-doktrin islam. Semisal: syi’ah rofidloh(extrem)yang disinyalir ajarannya keluar dari islam dan tashowwuf hulu(inkarnasi)dengan pernyataannya tuhan berwujud pada diri manusia, yang kemudian dibantah oleh kaum Mu’tazilah dan Sunni.

2.    Pada kisaran antara abad ke16 sampai sekarang, mulailah umat islam berani bermanuver dalam pembaharuan hukum islam menjadi sebuah hukum baina-baina atau abal-abal yang tidak terdeteksi kevaliditasannya dengan cara menjungkir balikkan sebuah fakta yang tersirat dalam al Quran maupun hadits berdasarkan akal pemikiran mereka(rasio)tanpa mempedulikan metode pengambilan hukum dari sumbernya. Semisal: kelompok SPILIS (Sekularisme, pluralisme, dan libralisme).

Tidak salah, kalau Bernard Lewis menyindir ummat islam dengan sebuah pernyataannya bahwa: “pada abad ke20 ini, kayaknya ada yang salah pada dunia Islam dibandingkan dengan rivalnya yaitu Kristen”. Suatu pernyataan orientalis yg pernah saya  baca  dari buku teman, dan alhamdulillah masih ingat sampai sekarang.

Ketika penulis analisa dari pernyataan Bernard lewis itu, ternyata rasa-rasanya memang benar adanya. Terbukti dengan berbagai konflik yang terjadi didunia islam yang menurut hemat penulis merupakan sebuah propaganda yang memang dirancang oleh orang- orang diluar islam untuk memicu terjadinya konflik antara kelompok-klelompok islam, terutama dikalangan Negara-negara Arab. Mereka para cebong-cebong missionaris sengaja terus menggelitik negara-negara arab dengan sistem kerjasamanya, baik dibidang pertahanan atau ekonomi yang harus mengorbankan kewibawaannya demi kemakmuran negaranya saja, tanpa berfikir akan implikasi terhadap negara-negara tetangganya. Bahkan tidak jarang ditelinga atau mata kita mendengar atau melihat di medsos terjadinya disintegrasi sosial sesama negara Arabnya. Kita pasti tidak ingin melihat kembali lembaran-lembaran sejarah tentang hancurnnya hadlarah islamiah di Asbania dan Saqolli terulang kedua kali pada zaman ini. Pada  waktu itu mereka missionaris berpura-pura bermuamalah baik dengan ulama muslim dan mengambil ilmu darinya, tapi pada akhirnya mereka malah membunuhnya dan merampas kitab-kitab hasil jerih payahnya tanpa ada belas kasihan, dan rasa menyesal sama sekali, setelah mereka meneguk air dari hasil keringat ulama kita. Sungguh biadab.

Tidak hanya diranah politik saja, mereka juga berani menyelinap di berbagai sektor, bahkan dalam ranah ideologi. Dengan kefanatikan dan kerasnya negara-negara Arab dalam berkomitmen, apalagi menyangkut keyakinan atau agama, hal ini dijadikan momentum lezat atau lahan empuk oleh mereka untuk memuluskan misinya yaitu menghancurkan negara-negara Islam khususnya negara Arab dengan cara perlahan, dan terstruktur rapi. Buktinya, ketika ada ikhtilaf antara kedua negara, atau isme-isme dalam satu negara, entah itu dalam masalah keyakinan, furu atau hal-hal yang berkaitan dengan agama. Maka hal tersebut sangat sulit  diselesaikan dalam satu majlis saja, ditambah lagi adanya pengaruh dari orang luar untuk semakin dibesar-besarkan hingga terjadilah pergesekan tidak hanya batin saja tapi juga pergesekan dzohir antara keduannya. Tidak hanya sampai disitu saja, mereka juga sengaja menyalurkan amunisi dengan mudah bahkan gratis teradap keduannya, bertujuan agar semakin bertambahnya kecamuk atau gejolok diantara keduanya, dan tidak sidikit pula ada yang sampai saling membunuh. Sedangkan mereka cebong-cebong duduk empuk diatas kursinya dengan sebotol khomer dan dayang-dayang cantiknya menonton dan menertawakan hal tersebut.

                Terlepas dari pembahasan negara-negara Arab karena kita bukan orang, dan islam tidak hanya di Arab, terlebih-lebih kita juga tidak mau jadi orang Arab. kita selaku ummat islam pada umummnya, apalagi seorang Mahasiswa atau semi-mahasiswa sekalipun seperti saya atau temen-temen lain yang nota bane dengan keilmuan dan pemikirannya, harus juga berani berfikir bagaimana kita kedepannya, kontribusi apa yang harus kita berikan pada islam, khususnya di Negara kita NKRI. Kita tidak boleh pasrah dan terlena dengan waktu, kemalasan dan keenjoyan kita, kita harus memproklamerkan dan mengebarkan kesemangatan dan hittloh kita dalam segala hal demi kemaslahatan kita sendiri dan islam pada umummnya, Karena kita tidak akan mungkin hidup sendiri tanpa interaksi sosial dengan orng lain. Interaksi sosial tidak akan efektif kecuali dengan ilmu. Sedangkan ilmu tidak akan didapat kecuali dengan semangat dan rajin. dan semangat itu tidak akan didapat kecuali dengan akal dan badan yang sehat. Saya masih ingat dengan suatu bait yang disamapikan dulu oleh ustadz saya ketika masih di pondok dan masih terngiang di benak saya sampai sekarang:
بقدرالكد تكتسب المعالي # ومن طلب العلا سهر اليالي

Sebelum akhir penulis hanya ingin menyampaikan: “orientasikanlah apa yang sudah menjadi tanggungan dan beban kita  Melalui hukum-hukum syari’at yang sudah berdasarkan konsensus ulama’ dengan tanpa mengeyampingkan hukum-hukum kontemporer yang sudah ditarjih olenya. Kita tidak usah mendalami atau mempreteli sebuah permasalahan dalam islam secara mendalam sekali(mendalami hal-hal yang yang sudah qoti)dengan tujuan untuk menyelisihi masyayikh kita, atau hanya untuk mencatutkan nama sebagai salah satu diantara deretan pemikir dunia islam, yang sebagian diantara pemikirannya malah melengserkan terhadap pemahaman yang sudah kita yakini bersama menjadi sebuah pemahaman berbau libral wa akhwatuha, terutama dalam suatu masalah yang sangat sensitif akan timbulnya perpecahan dan perselisihan. Kadang pula sekalipun dia tidak SPILIS bahkan masih sepaham dengan masyayikhnya, orang yang sudah ikhlas menegukkan air jernih dari dalam lumbungnya terhadap dia, tpi kenyataanya setelah dia merasa dahaganya sudah hilang, dia malah menyinyir bahkan menendangnya. Biasa kita sebut dengan istilah “kacang lupa kulitnya”. Naudzu billahi min dzalik.

Syahdan cukuplah Ilmu yang kita dapatkan(ilmu yang baik) itu dijaga dan diamalkan disetiap detak jantung dan langkah kita, menjaga integritas dan keutuhan islam serta mampu menjadi kader-kader duta islam guna mengislamkan orang-orang diluar sana sebagaimana berbagai ekspansi yang sudah dilakukan oleh Nabi dan sahabat lainnya dalam menegakkan agama Allah diberbagai benua. Semoga kita semua mendapat syafaatnya dan bisa mengikuti jejaknya li I’lai kalimatillah. Amien.
               
By: Zainul Muttaqin

1 komentar:

Follow Us @soratemplates