Asa yang dulu redup, kini mulai terang berenergikan cinta
Bak pucuk dedaunan, menjalar menjulang
mengikuti sinar cahaya
Aku hanyalah bagian dari tetes ilmu
Sedang dirimu jauh melebihi bentang sagara
luas samudera
Tuhan, anugerahkanlah kami untuk senantiasa
tepat menunaikan panggilanMu...
***
Usai
subuh pada musim dingin kala itu, diriku lebih memilih untuk memanjakan diri
dengan dekapan hangat selimut serta ingin melanjutkan mimpi yang sempat
terpotong, dari pada sekedar memuroja'ah hafalan. Kantuk
yang memang tak tertahankan saat jama'ah mengiringi alunan merdu ayat-ayat
al-Qur'an bacaan syeikh Mahmud Shaleh sebagai imam sholat, kini tak bisa
kutahan lagi. Tak lupa alarm ponselku kuaktifkan, agar bangun tepat waktu dan
tidak terlambat untuk kuliah. Benar saja, alarm membangunkanku tepat waktu,
07:30 Clt. Segera kuambil handuk menuju hammam (KM) yang hanya berada disamping
kamarku.
Jam 08:05
Clt. diriku baru keluar dari sakan, tempat aku tinggal. Salam sapa memang biasa
saling terlontar dari para penghuni mulai dari lantai empat dimana aku tinggal
sampai lantai paling dasar. Menunjukkan keakraban dalam ukhuwah meski
kebanyakan dari mereka beraneka ragam ras dan budaya yang berasal dari negeri
tanah kelahiran masing-masing. Perbedaan kulit dan lisan tak menjadikan saling
membenci, tetapi bersatu dalam naungan persaudaraan seagama dan seiman.
Dari waktu yang biasa, jam 08:10
adalah waktu yang cukup pagi untuk pergi ke Darrasah dimana aku belajar di
Al-Azhar as-Syarief University, sebuah universitas Islam tertua di dunia dan
sebagai kiblat ilmu pengetahuan agama. Dibangun pada
masa daulah Fathimiyah (970~972/975 M) dengan manhaj Syi'ahnya yang kemudian
dapat ditaklukkan sekaligus dirubah 100% menjadi Ahlus Sunah wal Jama'ah
(Aswaja) oleh sang panglima tangguh Salahuddin al-Ayyubi (pertengahan abad 21).
Pada hari-hari itu, berbagai instansi
pendidikan sudah mulai aktif kembali setelah lumayan lama liburan. Para pegawai
sudah mulai bekerja ditempat masing-masing dan berbagai profesi lainnya sudah
kembali pada aktifitas mereka sebagaimana sedia kala. Sudah sekitar seperempat
jam berlalu, diriku berdiri berjejer menunggu datangnya bus di mahathah
Muqatham. Terhitung sudah dua bus kota dengan jurusan "Sayidah
Aisyah" kubiarkan begitu saja dengan suasana berebutan dan desak-desakan
lengkap dengan kepulan polusi bercampur debu jalan. Ahhh, membuatku badmod saja
melihat pemandangan itu. Mana mau aku beradu sigap untuk menaiki tangga pintu
bus dengan badan super orang-orang Mesir, kenak senggol dikit bisa kelenger(pingsan,red)aku. West
dah, disamping harus ngalah pada para ibuk-ibuk lansia yang tak jarang juga
berebut masuk bus, kasihan dan ku utamakan mereka sebagai bentuk memuliakan
orang tua. Berjalan saja mereka tertatih-tatih karena memang sudah sepuh dan
dengan berat badan yang memang cukup lumayan, iya sebagaimana umumnya orang
Arab.
Nah, Alhamdulillah kali ini bus ketiga
kulihat dari kejauhan nampak dari kaca transparannya, penumpang tidak begitu
penuh seperti bus satu dan dua tadi. Dan benar setelah semakin mendekat, memang
lumayan sepi. Namun tidak kebagian tempat duduk tetap saja berlaku padaku,
hemm... sehingga harus bergelantuang ditengah-tengah diantara dua apitan kanan-kiri.
Ya begitulah.. bukan suatu masalah bagiku, asal cepat nyampek tujuan agar tidak
telat masuk kuliah. Dan ternyata dugaanku kali ini meleset. jalan raya penuh,
juga disesaki pejalan kaki serta ramai dengan suara kendaran-kendaran baik
jenis mobil pribadi maupun angkot, inilah potret kota metropolitan. Ditambah
dengan dengkingan klakson yang saling bersahut-sahutan layaknya bunyi gendang
terompet dalam medan perang, mencekam, bising, polusi dan lain lain. Achh..
menyebalkan sekali macet ini.!
Kekesalanku juga dilengkapi dengan penat
karena terlalu lama berdiri. Namun seketika menjadi teduh saat melihat seorang
ibuk dengan putranya yang masih sekitar umur empat tahunan dalam pangkuannya,
bercanda ria penuh kedekatan emosional kasih sayang, dibelainya, diciumnya dan
digelitiknya penuh manja. Lamunanku langsung terbayang pada emak dan adek sulungku
dikampung, kangen rasanya pada mereka. Aku tetap mengintip pemandangan indah
itu dari celah-celah punggung penumpang didepanku sambil menikmati bayang-bayang
rindu pada keluarga. Semoga semua keluargaku selalu sehat dan baik, walau aku masih belum
bisa berkumpul bersama mereka dalam berbagai kesempatan.
Laju bus yang kutumpangi tak ubahnya
bekicot sawah, sangat pelan. Sudah barang tentu karena efek macet panjang kala
itu. Sesampainya pada tujuan pertama di Jl. Sayidah Aisyah, untuk ke kampus
harus naik Tramko lagi dengan jurusan Darrasah. Tak lama aku segera menaiki
Tramko dengan arah yang kutuju. Mulus, tenang dan lumayan kenceng disertai
dengan lantunan tembang merdu nasyid "Qomarun" oleh Musthofa Atheif
dari radio tramko yang baru ku tumpangi. Sang nasyid Mesir yang sering konser
diberbagai negara termasuk di tanah air Indonesia. Tiba-tiba duarrrrttt...
Seisi tramko pada gelagapan atas insiden pristiwa itu. Kaca mobil,
lampu depan kanan hancur, dan ditambah lecet-lecet dibagian lain. Sedangkan
mobil yang satunya lumayan parah karena ditabrak tepat di bagian body mobil,
ringsek. Sempat aku pikir meski akan dibawa kebengkel Ketok Magic sekalipun, takkan
halus seperti sediakala. Rupanya telah terjadi tabrakan. Tetapi syukur tidak
sampai ada korban jiwa.
Hal demikian, sudah tentu akan menimbulkan
percekcokan dahsyat. Ya begitulah, kayaknya mereka memang sangat suka gaduh dan
ribut dari pada berbicara secara baik-baik penuh santun. Keadaan mencekam,
misuh dan segala jenis umpatan kasar saling mereka lontarkan. Juga sesekali ada
yang mencoba melerainya dengan memandu kata "Shollu 'alaa sidnan
Nabi!", suasana tenang seketika
seraya menjawab sholawat terhadap Nabi Muhammad Saw. Tak lama kemudian
umpat-mengumpat terulang kembali; Yahrib baitak!, Yabnal kalb!, Kusy ummak !!
dll. begitulah yang kutangkap dengan keterbatasan bahasa 'Ammiyahku. Sungguh
membuatku sangat kesal untuk sekedar mendengarkannya.
Dalam hal ini, aku tak
bisa mengaplikasikan metodologi seorang Ibn Taimiyah (udah pada tahu siapa Dia
kan? he h) dalam konteks dakwahnya. "Jika engkau
mengingkari/benci terhadap hal yang mungkar, maka engkau adalah termasuk dari
bagian mungkar itu". Mungkin hal ini ada korelasinya terhadap manhaj
dakwah islam sebagaimana telah disabdahkan oleh Nabi Saw. yaitu "Jika
engkau menemukan suatu kemungkaran maka rubahlah (bukan hindari; Red) dengan
tangan (kekuasaan), kemudian secara lisan (peringatan/nasihat), kemudian dengan
hati. Mungkinkah maksud dari cara terakhir ini (dengan hati) hanya harus
mengingkari saja? atau maksudnya adalah merubah dengan hatii (tasawuf) adalah
menunjukkan paling kuatnya iman serta lebih utama dalam menyikapi suatu
kemungkaran? karena secara tekstual Hadist, disana tertulis "Isyarah
ba'idah" yaitu "Dzalika". Dan akupun lebih condong menerima
penjelasan ini. Tetapi yang jelas, perlu kawan-kawan untuk mentela'ahnya
kembali.
Kulihat jam sudah 09:15 Clt. mereka masih
saling bersitegang meluapkan kemarahan satu sama lain, tampak beringas dan
angkuh. Sedangkan jam kuliahku untuk mata kuliah pertama biasanya sudah dimulai
dari lima belas menit berlalu. Terbayang bagaimana nanti rawut muka Duktur
Rajab al-Anshor, dosen terkiler, pengampu fan "Ilmu Lughah"
menanggapi keterlambatanku ini, sebagaimana yang sudah-sudah.
"Laa ilaaha illah, Astaghfirullah al-adzim.., Sur'ah hayyamsyih
yasto..! gumam lirih seorang mahasiswi bercadar tepat disebelah kiriku, mungkin
ia juga sedang terburu-terburu. Pada akhirnya sumpah serapah mereka bisa
dilerai dengan datangnya seorang Potlantas sehingga bisa diatasi dengan cermat.
Dan dapat dibuktikan bahwa hal itu memang atas keteledoran dari sang sopir
satunya.
Hachhh...
Kesialanku tak hanya cukup pada insiden meyebalkan tadi. Tak lama aku turun
dari Tramco menyusuri gang menuju kampus, terdenging klakson sedan hitam dari
arah 100 meter dibelakangku. Seketika aku menoleh dan segera menepi meski aku
sangat terburu-buru. Terlihat dua pemuda berkaca mata didalam mobil itu. Sambil
membuka kaca pintu mobil, salah satu dari mereka menyapaku.
Pemuda I :
" Ya baalii... Whire ar yu kum brom?!" dengan bahasa Inggris yang
100% sangat amburadul sambil terbahak-bahak penuh sinis. awalnya jelas tak bisa
ku pahami.
Aku : "Leih ih..? Inta 'Auz ih lau
samah ? ketusku
Pemuda II: "Hach.. maa yanfash,
Kherban lak, Huusy! dengan nada tinggi. Kemudian mereka berlalu seraya menutup
kaca mobil. Akupun masih bengong memikirkan apa maksudnya sekaligus kesal
melihat perlakuan menyebalkan mereka padaku.
Nah, sebuah kesempatan dan saatnya ku
balas mereka sekarang, mumpung sedang antri dipintu gerbang untuk parkir. Aku
lewat disamping mereka penuh cuek, dan kupukul bagian depan mobil mereka dengan
tangan terbuka. Serentak mereka berteriak lantang, " Iihh daa ?! mereka
memanggilku. Ku hiraukan saja panggilan mereka sambil mempercepat langkah
khawatir keburu dikejar hehe.. Sepertinya mereka kesal juga dengan tindakanku
tadi. Dan semakin jauh tak jelas mereka ngomel apa, aku hanya balas dengan
kepalan tangan jempol kebawah. Ha ha... Yes aku puas sekali, aku menang kali
ini. Tapi nggk tahu apa jadinya nanti...
***
Saudaraku
Waktumu adalah harga dirimu
Yang harus kau selalu bela dan kau junjung
Konsistensi adalah tanggung jawabmu
Yang kan kau jadikan setiap kesempatan
sebagai peluang
Dan tak kan pernah kau biarkan ia mubadzir
terbuang
Saudaraku...
Waktumu adalah pembelajaran
Dengan semangat dan giat
Tentu ilmu kan cepat kau dapat
Karena waktumu adalah pengetahuan maka tanpanya kau kan
hanya tampak sebatangkara tanpa kawan
Serta waktumu adalah bait-bait doa
Untuk selalu kau panjatkan
Sebagai makhluk mungil taat berTUHAN
***
Kairo, 01 Oktober 2017 M.
NB:
- Sakan : Asrama mahasiswa
- Clt : Cairo location time
- Mahathah : Terminal/Pangkalan bus
- Yaa Baalii : Hai dekil...
- Yahrib baitak : Semoga rumahmu roboh
- Yabnal kalb : Anak anjing
- Leih ih, 'Auz iih : Mau apa sih?!
- Maa yanfash, Kherban lak Huush! : Udah,
nggk penting, cepet minggir brengsek!
- Iih daa... : apa-apaan ini ?!
- Sur'ah hayyamsih yasto! : Ayok cepat
berangkat pak sopir
*Di Mesir, engkau akan temukan para
penduduknya yang gemar membaca, mengkhatamkan, serta háfidina lilQur'an. I Love
Egypt
Oleh: Gubahan A Bas S
sebuah tulisan bergenri cerita semi-sastra yg mengalir rapi dan indah, diselingi dengan guyonan-guyonan ala krakter si penulisnya sendiri dalam perjalan hidupnya....sehingga sangat rugi sekali kalau tidak dibaca
BalasHapus