Februari 13, 2018

Terulang Kembali Lagi





























Asa yang dulu redup, kini mulai terang berenergikan cinta
Bak pucuk dedaunan, menjalar menjulang mengikuti sinar cahaya
Aku hanyalah bagian dari tetes ilmu
Sedang dirimu jauh melebihi bentang sagara luas samudera
Tuhan, anugerahkanlah kami untuk senantiasa tepat menunaikan panggilanMu...

                               ***
                Usai subuh pada musim dingin kala itu, diriku lebih memilih untuk memanjakan diri dengan dekapan hangat selimut serta ingin melanjutkan mimpi yang sempat terpotong, dari pada sekedar memuroja'ah hafalan. Kantuk yang memang tak tertahankan saat jama'ah mengiringi alunan merdu ayat-ayat al-Qur'an bacaan syeikh Mahmud Shaleh sebagai imam sholat, kini tak bisa kutahan lagi. Tak lupa alarm ponselku kuaktifkan, agar bangun tepat waktu dan tidak terlambat untuk kuliah. Benar saja, alarm membangunkanku tepat waktu, 07:30 Clt. Segera kuambil handuk menuju hammam (KM) yang hanya berada disamping kamarku.

                Jam 08:05 Clt. diriku baru keluar dari sakan, tempat aku tinggal. Salam sapa memang biasa saling terlontar dari para penghuni mulai dari lantai empat dimana aku tinggal sampai lantai paling dasar. Menunjukkan keakraban dalam ukhuwah meski kebanyakan dari mereka beraneka ragam ras dan budaya yang berasal dari negeri tanah kelahiran masing-masing. Perbedaan kulit dan lisan tak menjadikan saling membenci, tetapi bersatu dalam naungan persaudaraan seagama dan seiman.

                Dari waktu yang biasa, jam 08:10 adalah waktu yang cukup pagi untuk pergi ke Darrasah dimana aku belajar di Al-Azhar as-Syarief University, sebuah universitas Islam tertua di dunia dan sebagai kiblat ilmu pengetahuan agama. Dibangun pada masa daulah Fathimiyah (970~972/975 M) dengan manhaj Syi'ahnya yang kemudian dapat ditaklukkan sekaligus dirubah 100% menjadi Ahlus Sunah wal Jama'ah (Aswaja) oleh sang panglima tangguh Salahuddin al-Ayyubi (pertengahan abad 21).
Pada hari-hari itu, berbagai instansi pendidikan sudah mulai aktif kembali setelah lumayan lama liburan. Para pegawai sudah mulai bekerja ditempat masing-masing dan berbagai profesi lainnya sudah kembali pada aktifitas mereka sebagaimana sedia kala. Sudah sekitar seperempat jam berlalu, diriku berdiri berjejer menunggu datangnya bus di mahathah Muqatham. Terhitung sudah dua bus kota dengan jurusan "Sayidah Aisyah" kubiarkan begitu saja dengan suasana berebutan dan desak-desakan lengkap dengan kepulan polusi bercampur debu jalan. Ahhh, membuatku badmod saja melihat pemandangan itu. Mana mau aku beradu sigap untuk menaiki tangga pintu bus dengan badan super orang-orang Mesir, kenak senggol dikit bisa kelenger(pingsan,red)aku. West dah, disamping harus ngalah pada para ibuk-ibuk lansia yang tak jarang juga berebut masuk bus, kasihan dan ku utamakan mereka sebagai bentuk memuliakan orang tua. Berjalan saja mereka tertatih-tatih karena memang sudah sepuh dan dengan berat badan yang memang cukup lumayan, iya sebagaimana umumnya orang Arab.

Nah, Alhamdulillah kali ini bus ketiga kulihat dari kejauhan nampak dari kaca transparannya, penumpang tidak begitu penuh seperti bus satu dan dua tadi. Dan benar setelah semakin mendekat, memang lumayan sepi. Namun tidak kebagian tempat duduk tetap saja berlaku padaku, hemm... sehingga harus bergelantuang ditengah-tengah diantara dua apitan kanan-kiri. Ya begitulah.. bukan suatu masalah bagiku, asal cepat nyampek tujuan agar tidak telat masuk kuliah. Dan ternyata dugaanku kali ini meleset. jalan raya penuh, juga disesaki pejalan kaki serta ramai dengan suara kendaran-kendaran baik jenis mobil pribadi maupun angkot, inilah potret kota metropolitan. Ditambah dengan dengkingan klakson yang saling bersahut-sahutan layaknya bunyi gendang terompet dalam medan perang, mencekam, bising, polusi dan lain lain. Achh.. menyebalkan sekali macet ini.!

Kekesalanku juga dilengkapi dengan penat karena terlalu lama berdiri. Namun seketika menjadi teduh saat melihat seorang ibuk dengan putranya yang masih sekitar umur empat tahunan dalam pangkuannya, bercanda ria penuh kedekatan emosional kasih sayang, dibelainya, diciumnya dan digelitiknya penuh manja. Lamunanku langsung terbayang pada emak dan adek sulungku dikampung, kangen rasanya pada mereka. Aku tetap mengintip pemandangan indah itu dari celah-celah punggung penumpang didepanku sambil menikmati bayang-bayang rindu pada keluarga. Semoga semua keluargaku selalu sehat dan baik, walau aku masih belum bisa berkumpul bersama mereka dalam berbagai kesempatan.

Laju bus yang kutumpangi tak ubahnya bekicot sawah, sangat pelan. Sudah barang tentu karena efek macet panjang kala itu. Sesampainya pada tujuan pertama di Jl. Sayidah Aisyah, untuk ke kampus harus naik Tramko lagi dengan jurusan Darrasah. Tak lama aku segera menaiki Tramko dengan arah yang kutuju. Mulus, tenang dan lumayan kenceng disertai dengan lantunan tembang merdu nasyid "Qomarun" oleh Musthofa Atheif dari radio tramko yang baru ku tumpangi. Sang nasyid Mesir yang sering konser diberbagai negara termasuk di tanah air Indonesia. Tiba-tiba duarrrrttt...

Seisi tramko pada gelagapan atas insiden pristiwa itu. Kaca mobil, lampu depan kanan hancur, dan ditambah lecet-lecet dibagian lain. Sedangkan mobil yang satunya lumayan parah karena ditabrak tepat di bagian body mobil, ringsek. Sempat aku pikir meski akan dibawa kebengkel Ketok Magic sekalipun, takkan halus seperti sediakala. Rupanya telah terjadi tabrakan. Tetapi syukur tidak sampai ada korban jiwa.

Hal demikian, sudah tentu akan menimbulkan percekcokan dahsyat. Ya begitulah, kayaknya mereka memang sangat suka gaduh dan ribut dari pada berbicara secara baik-baik penuh santun. Keadaan mencekam, misuh dan segala jenis umpatan kasar saling mereka lontarkan. Juga sesekali ada yang mencoba melerainya dengan memandu kata "Shollu 'alaa sidnan Nabi!",  suasana tenang seketika seraya menjawab sholawat terhadap Nabi Muhammad Saw. Tak lama kemudian umpat-mengumpat terulang kembali; Yahrib baitak!, Yabnal kalb!, Kusy ummak !! dll. begitulah yang kutangkap dengan keterbatasan bahasa 'Ammiyahku. Sungguh membuatku sangat kesal untuk sekedar mendengarkannya.

Dalam hal ini, aku tak bisa mengaplikasikan metodologi seorang Ibn Taimiyah (udah pada tahu siapa Dia kan? he h) dalam konteks dakwahnya. "Jika engkau mengingkari/benci terhadap hal yang mungkar, maka engkau adalah termasuk dari bagian mungkar itu". Mungkin hal ini ada korelasinya terhadap manhaj dakwah islam sebagaimana telah disabdahkan oleh Nabi Saw. yaitu "Jika engkau menemukan suatu kemungkaran maka rubahlah (bukan hindari; Red) dengan tangan (kekuasaan), kemudian secara lisan (peringatan/nasihat), kemudian dengan hati. Mungkinkah maksud dari cara terakhir ini (dengan hati) hanya harus mengingkari saja? atau maksudnya adalah merubah dengan hatii (tasawuf) adalah menunjukkan paling kuatnya iman serta lebih utama dalam menyikapi suatu kemungkaran? karena secara tekstual Hadist, disana tertulis "Isyarah ba'idah" yaitu "Dzalika". Dan akupun lebih condong menerima penjelasan ini. Tetapi yang jelas, perlu kawan-kawan untuk mentela'ahnya kembali.

Kulihat jam sudah 09:15 Clt. mereka masih saling bersitegang meluapkan kemarahan satu sama lain, tampak beringas dan angkuh. Sedangkan jam kuliahku untuk mata kuliah pertama biasanya sudah dimulai dari lima belas menit berlalu. Terbayang bagaimana nanti rawut muka Duktur Rajab al-Anshor, dosen terkiler, pengampu fan "Ilmu Lughah" menanggapi keterlambatanku ini, sebagaimana yang sudah-sudah.

"Laa ilaaha illah, Astaghfirullah al-adzim.., Sur'ah hayyamsyih yasto..! gumam lirih seorang mahasiswi bercadar tepat disebelah kiriku, mungkin ia juga sedang terburu-terburu. Pada akhirnya sumpah serapah mereka bisa dilerai dengan datangnya seorang Potlantas sehingga bisa diatasi dengan cermat. Dan dapat dibuktikan bahwa hal itu memang atas keteledoran dari sang sopir satunya.
Hachhh... Kesialanku tak hanya cukup pada insiden meyebalkan tadi. Tak lama aku turun dari Tramco menyusuri gang menuju kampus, terdenging klakson sedan hitam dari arah 100 meter dibelakangku. Seketika aku menoleh dan segera menepi meski aku sangat terburu-buru. Terlihat dua pemuda berkaca mata didalam mobil itu. Sambil membuka kaca pintu mobil, salah satu dari mereka menyapaku.

Pemuda I : " Ya baalii... Whire ar yu kum brom?!" dengan bahasa Inggris yang 100% sangat amburadul sambil terbahak-bahak penuh sinis. awalnya jelas tak bisa ku pahami.
Aku : "Leih ih..? Inta 'Auz ih lau samah ? ketusku
Pemuda II: "Hach.. maa yanfash, Kherban lak, Huusy! dengan nada tinggi. Kemudian mereka berlalu seraya menutup kaca mobil. Akupun masih bengong memikirkan apa maksudnya sekaligus kesal melihat perlakuan menyebalkan mereka padaku.
    
Nah, sebuah kesempatan dan saatnya ku balas mereka sekarang, mumpung sedang antri dipintu gerbang untuk parkir. Aku lewat disamping mereka penuh cuek, dan kupukul bagian depan mobil mereka dengan tangan terbuka. Serentak mereka berteriak lantang, " Iihh daa ?! mereka memanggilku. Ku hiraukan saja panggilan mereka sambil mempercepat langkah khawatir keburu dikejar hehe.. Sepertinya mereka kesal juga dengan tindakanku tadi. Dan semakin jauh tak jelas mereka ngomel apa, aku hanya balas dengan kepalan tangan jempol kebawah. Ha ha... Yes aku puas sekali, aku menang kali ini. Tapi nggk tahu apa jadinya nanti...

***
Saudaraku
Waktumu adalah harga dirimu
Yang harus kau selalu bela dan kau junjung
Konsistensi adalah tanggung jawabmu
Yang kan kau jadikan setiap kesempatan sebagai peluang
Dan tak kan pernah kau biarkan ia mubadzir terbuang

Saudaraku...
Waktumu adalah pembelajaran
Dengan semangat dan giat
Tentu ilmu kan cepat kau dapat
Karena waktumu adalah pengetahuan maka tanpanya kau kan hanya tampak sebatangkara tanpa kawan
Serta waktumu adalah bait-bait doa
Untuk selalu kau panjatkan
Sebagai makhluk mungil taat berTUHAN
                              ***
                    Kairo, 01 Oktober 2017 M.
NB:
- Sakan : Asrama mahasiswa
- Clt : Cairo location time
- Mahathah : Terminal/Pangkalan bus
- Yaa Baalii : Hai dekil...
- Yahrib baitak : Semoga rumahmu roboh
- Yabnal kalb : Anak anjing
- Leih ih, 'Auz iih : Mau apa sih?!
- Maa yanfash, Kherban lak Huush! : Udah, nggk penting, cepet minggir brengsek!
- Iih daa...  : apa-apaan ini ?!
- Sur'ah hayyamsih yasto! : Ayok cepat berangkat pak sopir

*Di Mesir, engkau akan temukan para penduduknya yang gemar membaca, mengkhatamkan, serta háfidina lilQur'an. I Love Egypt

Oleh: Gubahan A Bas S


1 komentar:

  1. sebuah tulisan bergenri cerita semi-sastra yg mengalir rapi dan indah, diselingi dengan guyonan-guyonan ala krakter si penulisnya sendiri dalam perjalan hidupnya....sehingga sangat rugi sekali kalau tidak dibaca

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates